
Hal itu diungkapkan Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah KH
Mohamad Muzamil pada acara Halal bi Halal dan Tasyakuran Lembaga Pendidikan
Ma’arif PWNU Jateng, Selasa (18/6) malam.
“Khidmat di NU itu adalah karunia. Tidak semua orang
berkesempatan aktif di NU. Ukurannya tidak naik tingkat dari PC ke PW, dari PW
ke PB. Tapi peningkatan mutu pengabdian pada semua struktur NU di level
manapun,” tegas Kiai Muzamil.
Menurutnya, orang yang serius khidmat di NU pasti mengalami
pengalaman spiritual yang tidak dialami orang lain.
“Insyallah ada keberkahan, dan pasti ada pengalaman menarik.
Secara material, di NU tidak ada apa-apanya. Namun di ranah spiritual, pasti
tiap pengurus mengalami pengalaman spiritual menarik yang pasti tiap orang
berbeda,” ujar dia.
Dalam kesempatan tersebut ia juga memaparkan dua hal inti
program pendidikan yang dipesankan pada LP Ma’arif PWNU Jateng. Pertama adalah
terkait peningkatan mutu pendidikan Ma’arif.
“Sekolah dan madrasah Ma’arif harus memiliki keunggulan
komparatif. Sekarang jualannya tahfiz. Tapi kalau level kita di PAUD dan MI itu
membaca, menganalisis baru menghafalkan. Karena menghafal itu, tidak semua anak
atau tidak semua pelajar paham. Tugas LP Ma’arif menyadarkan masyarakat bahwa
menghafal itu ada levelnya sendiri,” katanya.
Ia juga berharap LP Ma’arif mampu memberi pemetaan penguatan
aspek akidah Islam Aswaja Annahdliyah, bahasa, matematika, hafalan dan
pembelajaran yang menyenangkan.
“Sekarang memang beda. Paradigmanya pembelajaran
menyenangkan, tapi tradisi hormat dan menjaga kewibaan ada guru harus tetap
dijaga. Selain itu kepribadian guru juga harus diutamakan karena sebagai contoh,”
lanjutnya.
Program kedua yang ia pesankan adalah mendirikan sekolah
atau madrasah unggulan.
“Perlu sekolah atau madrasah model, bisa seperti labschool.
Secara informal sudah digagas di karesidenan Solo. Minimal, ada satu sekolah di
periode ini mengelola sekolah model, baik jenjang PAUD, MI atau SD. Baru kalau
sudah sukses bisa berkembang ke SMP/MTs dan SMA/SMK/MA,” bebernya. (Faizin/NUO)