
Peristiwa
di atas merupakan salah satu strategi dan propaganda kelompok-kelompok yang
anti ziarah untuk merubah dan merusak pemahaman masyarakat di dalam memahami
ajaran Ahlu al-Sunnah Wa al-Jama’ah. Sebagai paham mayoritas masyarakat Indonesia,
ASWAJA memang tak bisa lepas dari berbagai usaha musuh yang ingin melemahkannya.
Masyarakat diseru untuk selalu waspada terhadap berbagai buku dan kitab-kitab
klasik atau kontemporer yang telah banyak dijadikan sebagai media pelemahan
paham ASWAJA dari dalam dengan merubah sebagian isi kitab. Apalagi sekarang
banyak muncul buku bacaan benbentuk e-book atau kitab-kitab digital dan online.
Kemajuan demikian disamping memudahkan masyarakat dalam mengakses referensi,
tapi juga membahayakan jika kitab atau buku yang diterbitkan tersebut mengalami
perubahan yang krusial dalam bagian tertentu, sehingga bisa menyesatkan
pemahaman masyarakat terhadap agama.
Kitab
Risalatu Ahlu al-Sunnah Wa al-Jama’ah adalah karya Kiai Hasyim yang
menjadi salah satu kitab pegangan mayarakat Nahdliyin dan menjadi salah satu
kitab bacaan wajib di pesantren, yang bertujuan untuk memberi pemahaman yang
benar kepada masyarakat tentang ASWAJA , dan membentengi mereka dari berbagai
aliran sesat, terutama menangkal gerakan Wahabisme. Kitab ini ditulis sekitar tahun 1330
H, atau 180 tahun paska berdirinya Wahhabisme di Saudi. Wahhabisme yang
berhasil melakukan kontrak politik dengan Raja Saud berpengaruh cukup luas
hingga ke tanah air. Dan puncak dari gerakan Wahhabisme masuk ke Indonesia
sekitar tahun 50-60 an, tidak lama setelah wafatnya Kiai Hasyim Asy’ari pada tahun
1947 H.
Kitab ini
secara khusus menjelaskan tentang paham Ahlu al-Sunnah Wa al-Jama’ah yang
berkaitan dengan beberapa pokok pembahasan, yaitu penjelasan terkait pemahaman
yang benar tentang sunnah dan bid’ah, madzhab mayoritas yang diikuti masyarakat
Jawa, khittah ulama salaf, keharusan taqlid bagi yang tidak mempunyai kemampuan
ijtihad, keharusan hati-hati di dalam menerima pemahaman agama, peringatan atas
orang yang membuat-buat tradisi yang buruk, penjelasan tentang pecahnya umat
Nabi Muhammad Saw, menjadi 73 golongan, tanda-tanda datangnya hari kiamat, dan
penjelasan tentang hadits-hadits yang menjelaskan hal-hal yang berkaitan
tentang orang yang telah meninggal.
Diantara
kandungan dari kitab ini yang penting diketahui oleh masyarakat umum, terutama
masyarakat Nahdliyin adalah peringatan Kiai Hasyim Asy’ari terhadap bahaya beberapa
kelompok Islam yang muncul sekitar tahun 1330 hingga sekarang. Mereka adalah kaum modernis pengikut Muhamad Abduh
dan Rasyid Ridla, yang sedikit banyak terpengaruh oleh konsep bid’ah yang
dikembangkan Muhammad bin Abdul Wahhab, Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnu
al-Qayyim. Ada juga kelompok Syiah yang fanatik pada Ali bin Abu Thalib. Ada lagi
kelompok Ibahiyyun yang membolehkan pengikutnya lepas dari ikatan syariat
tatkala sampai pada makrifat. Begitu juga kelompok yang meyakini reinkarnasi
ruh dan oknum-oknum kaum sufi yang mengaku menyatu (Itthad, Hulul, Wahdatu al-Wujud)
dengan Tuhan atau yang populer dalam bahasa Jawa dengan manunggaling kawulo
gusti.
Menurut Kiayi Hasyim Asya’ari, kelompok di atas
tersebut semuanya dianggap sesat. Kelompok yang selamat dan seharusnya diikuti
oleh masyarakat adalah kelompok Salafisme, yaitu kelompok yang mengikuti
tuntunan ulama salaf dengan mengkaji kitab-kitab yang dianggap mu’tabarah,
mencintai ahlu al-bait, para wali dan kaum shaleh, mau ber-tabarruk,
ziarah kubur, meyakini syafaat dan lain sebagainya. Sebab, menurut penuturan
Kiai Hasyim pada masa lalu Umat Islam di Jawa memang telah sepakat untuk
bermadzhab dengan satu rujukan dan pegangan, yaitu dalam bidang fiqih mengikuti
kepada Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, dalam masalah ushuluddin mengikuti
kepada madzhab Imam Abul Hasan Al-Asy’ari, dan dalam bidang tasawuf mengikuti
kepada Imam Al-Ghozali dan Imam Abul Hasan Asy-Syadzili.
Dalam kaitan ini, masyarakat Nahdliyin seyogyanya
senantiasa mau belajar agama Islam dengan para ulama, kiayi, dan ustadz yang
benar-benar memahami ajaran Islam (ASWAJA). Kehati-hatian dan kewaspadaan
terhadap berbagai gerakan dan propaganda pelemahan terhadap ajaran ASWAJA harus
dilakukan oleh semua masyarakat, yaitu memalui kesadaran dan kemauan untuk
menerima ajaran agama dari ahlinya. (Andi Syarqowi Penulis Adalah Ketua
LAKPESDAM NU Pati)
.