Pendidikan
entrepreneurship sudah lama digerakkan di berbagai Negara. Mereka paham bahwa
kemajuan suatu Negara sangat ditunjang oleh munculnya kelas ekonomi menengah
yang tangguh dan kreatif yang dimaksud adalah para pengusaha yang gigih
mengembangkan kreatifitas dan produktivitasnya dalam dunia usaha.
Menurut Amin
Rais dalam bukunya Tauhid Sosial, kelas menengah adalah kelompok yang
tetap eksis dalam suatu krisis sekalipun. Karena, mereka adalah sosok kreator
yang bisa dengan cepat beradaptasi dan menerapkan solusi tepat disaat kritis,
mereka juga berinteraksi langsung dengan sektor riil, sehingga krisis tidak
banyak mempengaruhi.
India dan Cina
menggebrak dunia usaha dengan latihan-latihan intensif. Penduduk di Cina
membuat lembaga khusus untuk mendidik dan melatih entrepreneurship demi
lahirnya entrepreneur-entrepeneur muda handal yang dinamis dan progresif yang
akan menggerakkan sektor riil dan mengangkat derajat bangsa.
Indonesia sangat
lambat merespon fenomena global ini. Indonesia kalah jauh disbanding
Negara-negara Asia lainnya dalam menyiapkan kelas menengah yang bisa
menjembatani kelas atas dan bawah. Keterpurukan ekonomi Indonesia dan kekalahan
Indonesia dalam berkompetisi di dunia
global menjadi bukti telatnya ia melakukan kaderisasi pengusaha secara
intensif, ekstensif dan produktif.
Namun tidak ada
kata terlambat bagi sebuah langkah maju. Kalau tidak segera dilakukan
pendidikan entrepeneurship secara optimal, bangsa Indonesia akan semakin
tertinggal dengan bangsa-bangsa lain yang melesat cepat. Negara yang besar
jangan hanya dibanggakan karena luasn ya geografis, pemasok bahan mentah, dan
kuantitas penduduknya namun dengan prestasi sumberdaya manusia yang
berkualitas, dan karya-karya genius, bangsa ini bisa tegak berdiri dengan
berwibawa dihadapan Negara-negara lain di dunia ini.
Sudah saatnya
orientasi menjadi karyawan, buruh, dan pegawai pemerintah diubah kewirausahaan
sebagai profesi yang paling mulia. Alasannya dengan berwirausaha kita bisa
berdiri dengan kedua kaki sendiri tanpa menggantungkan orang lain, bahkan bisa
menolong orang lain yang kesusahan dan kekurangan. Kita contoh Cina yang
mayoritas penduduknya lebih suka menjadi wirausahawan dari pada menjadi
karyawan. Walau risikonya lebih besar, namun hasilnya kedepan lebih besar. Berbeda
dengan karyawan, yang penting menerima gaji, tanpa pusing-pusing memikirkan
risiko, ke depan mereka akan terus bergantung kepada orang, ekonominya tidak
maju-maju dan akan dilibas kemajuan zaman.
Di Negara maju,
pendaftaran pegawai pemerintah justru sepi. Mereka merasa menjadi buruh
pemerintah, derajatnya kurang dipandang, dan kurang bermartabat. Ini amat
berbeda dengan Indonesia, apabila dibuka lowongan pegawai pemerintah, maka yang
mendaftar luar biasa, ribuan bahkan jutaaan . sementara yang dibutuhkan hanya
beberapa saja. Realitas inilah yang harus diubah dengan menyebarkan virus
entrepeneurship ke alam bawah sadar
mayoritas bangsa ini, khususnya kepada kader-kader muda. Karena, merekalah yang
akan menatap masa depan hari esok yang penuh tantangan.
Menciptakan Sosial
Entrepeneurship
Manfaat
entrepeneurship adalah untuk menciptakan banyak entrepreneur andal. Mereka akan
mengembangkan perekonomian nasional bangsa kita, tidak hanya memikirkan
perutnya sendiri. Jangan pernah merasa sukses saat mendapatkan sesuatu, sebab
kesuksesan adalah ketika kita mampu mempersembahkan yang terbaik dalam hidup
ini untuk kemaslahatan manusia. Para entrepreneur andal ini akan menjadikan
Indonesia melesat bak roket menuju angkasa, memancarkan cahaya keindahan ketinggian
dan kejayaan.
Sosial entrepreneur makin berperan
dalam pembangunan ekonomi. Karena, sosial entrepreneur ternyata mampu
memberikan daya cipta nilai-nilai sosial maupun ekonomi, yakni menciptakan
kesempatan kerja, melakukan inovasi dan kreasi baru terhadap produksi barang
ataupun jasa yang dibutuhkan masyarakat, menjadi modal sosial dan peningkatan
kesetaraan.
Salah satu
tujuan pembangunan ekonomi adalah terwujudnya kesetaraan dan pemerataan kesejahteraan
masyarakat. melalui social entrepeneurship tujuan tersebut dapat
diwujudkan. Karena, para pelaku bisnis yang semula hanya memikirkan pencapaian
keuntungan yang maksimal, selanjutnya kan tergerak pula untuk memikirkan
pemeraaan pendapatan agar dapat dilakukan pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan.
Pembanguan
ekonomi seharusnya ditujukan untuk memberdayakan manusia (people empowerment)
agar dapat mengembangkan social
entrepeneurship, termasuk pengembangan entrepeneurship dalam arti luas.
Kebijakan pemerintah ditujukan untuk mengurangai hambatan-hambatan birokrasi
yang mengarah kepada menurunnya kegiatan social entrepeneurship.
Berbagai
tantangan yang dihadapi oleh social entrepreneur antara lain adalah
masalah pendanaan, pendidikan untuk para pemimpin di masa mendatang yang menyadari
tentang pentingnya social entrepeneurship dan kurangya insentif yang
diberikan oleh pemerintah untuk meringankan beban lembaga-lembaga yang bergerak
dibidang sosial.
Oleh karena itu social
entrepreneur harus didukung oleh social investor agar inovasinya
dapat diwujudkan. Hendaknya disadari bahwa social entrepeneurship
bukanlah satu-satunya obat untuk mengatasi permasalahan sosial yang dihadapi,
karena dalam kenyataannya sangat dipengaruhi oleh kerangka dan struktur
perekonomian yang berlaku di suatu Negara. Namun sayogjanya harus ada
keberanian untuk mulai membentuk change makers. Sehingga setiap individu harus
diupayakan untuk dapat menjadi maker di lingkungannya.
Entrepreneur syarat
kebangkitan Indonesia
Keterpurukan
suatu bangsa banyak dipengaruhi oleh stabilitas dan dinamika ekonomi. Ketika
ekonomi stagnan, maka bidang-bidang yang lain akan mengalami kemunduruan dan
keterpurukan. Entrepreneur adalah kekuatan ekonomi tangguh yang tidak
terpengaruh terhadap krisis. Sebab mereka langsung berinteraksi dengan ekonomi
riiil ditengah masyarakat. mereka tidak
terpengaruh krisis global yang disebabkan jatuhnya ekonomi Negara-negara maju,
seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Spanyol dan lain sebagainya.
Maka strategi
memajukan bangsa ini adalah memperbanyak jumlah entrepreneur muda andal yang
nanti akan menjadi asset bangsa yang berharga. Mereka nantilah yang akan tampil
sebagai aktor-aktor ekonomi kelas menengah, atas dan dunia yang berkiprah
dengan kepiawaiannya dalam mengembangkan perekonomian nasional. Secara ringkas,
pendidikan entrepeneurship bermanfaat untuk mengatasi pengangguran terdidik,
membasmi kemiskinan akut, dan menggapai kemajuan progresif.
Pengangguran
terdidik dari tahun ketahun mengalami peningkatan massif, mengingat jumlah
lulusan perguruan tinggi semakin membludak, sementara lapangan pekerjaan sangat
terbatas. Maka kemudian mereka menganggur, sebab gengsi menjadi kuli bangunan ,
pedangang kaki lima, dan prefesi menurut mereka rendah dan tidak terhormat.
Menurut Widyo
Winarso (2003) hasil penelitian yang dilakukan oleh World bank (1994)
menunjukkan bahwa di sebagaian besar Negara keberadaan perguruan tinggi
berkolerasi positif dengan pengembangan ekonomi dan sosial. Sebagaian besar
masyarakat juga percaya bahwa pendidikan tinggi mempunyai peran penting untuk
mendapat karier pekerjaan dan menentukan keberhasilan dalam karier.
Pengembangan
pemebelajaran di perguruan tinggi yang berwawasan entrepeneurship memang sangat
relevan dengan persoalan kualitas sumber daya manusia yang kita perlukan di
abad 21 ini. sumber daya manusia Indonesia memang masih rendah dibandingkan
dengan Negara-negara lainnya dan oleh karena itu sebenarnya kita patut khawatir
dengan kemampuan bersaing SDM kita dalam era globalisasi. Menurut data yang
dipublikasikan oleh United Nations Development Program (UNDP. 2001), kualitas
SDM kita berada pada posisi yang memprihatikan. Angka indeks kualitas SDM
(human development indeks) Indonesia tahun 2001 berada pada peringkat ke-102
dan 162 negara di dunia. Kita masih kalah dengan Vietnam (1001) dan kalah jauh
dengan Filipina (70) Thailand (66) dan Malaysia (56).
Jika proses
pembelajaran diperguruan tinggi harus mampu menghasilkan lulusan yang
berwawasan pencipta kerja, mau tidak mau harus ada perubahan sistematik. Dari
segi tujuan, metode maupun materi pembelajaran itu sendiri, harus ada
trasformasi nilai-nilai dan norma-norma baru yang menyangkut kurikulum, academic
atmosphere, effective governance, instituonal management, penelitian dan
sebagainya. Dalam keadaan yang demikian para pengelola pendidikan atau dosen
tidak bisa lagi hanya mengulang-ngulang praktek lama dalam orientasi dan proses
pembelajarannya.
Dengan demikian
perubahan identik dengan proses pembelajaran itu sendiri dalam kajiannya dengan
dunia usaha. Kegiatan perguruan tinggi dalam bidang pengembangan kewirausahaan
masih sangat terbatas dan hanya bertumpu pada aspek sosial-ekonomi dan
manajemen dalam bentuk kuliah dan pelatihan. Padahal untuk meningkatkan
penciptaan dan pertumbuhan wirausaha dibutuhkan suatu keterpaduan yang sinergis
antara penguasaan ilmu dan teknologi, keuagan dan manajemen produksi, yang
secara keseluruhan disebut sosio-tekno-ekonomi.
Tuntutan yang
semakin tinggi terhadap lulusan perguruan tinggi yang tidak hanya menjadi
pencari kerja (job seeker) tetapi juga pencipta kerja (job creator),
menyebabkan perguruan tinggi harus melakukan reorientasi terhadap pembelajaran
yang selama ini dijalankannya. Dengan adanya tuntunan itu, maka orientasi yang
diharapkan adalah bagaimana menanamkan jiwa wirausaha kepada mahasiswa sehingga
setelah lulus mereka juga mempunyai mental wirausaha.
Menurut Nurul
Firdausi (2009), ada beberapa akar permasalahan lain yang menjadi penyebab
lulusan perguruan tinggi menganggur. Pertama,
lapangan kerja yang terbatas. Menjadi prioritas utama yang perlu diperhatikan,
bahkan setiap pemilu, pilpres dan pilkada lapangan pekerjaan menjadi prioritas dari
para calon yang bersaing. Namun tidak satu pun yang bisa memberikan solusi,
bahkan semakin memperparah keadaan. Karena, setiap mendekati pemilu, pilpres,
pilkada investor takut menjadi korban kegiatan politik tersebut.
Kedua, mindset yang
masih menganggap bahwa setelah lulus mencari kerja. Setiap lulusan perguruan
tinggi memiliki ekspektasi bekerja ditempat yang bagus, lalu mendapatkan gaji
besar. Mulailah mereka mengirim surat lamaran kebanyak tempat, dengan harapan
langsung kerja. Tapi realitas yang dihadapi tidak demikian. Karena itu, mindset
setiap lulusan, orang tua, dan masyarakat, mulai saat ini perlu diubah, lulusan
perguruan tinggi yang terdepan berhasil adalah mereka yang mampu menciptakan
lapangan kerja baru bukan mencari pekerjaan.
Ketiga, kompetisi yang
sangat tinggi ikut menyebabkan semakin sempitnya lulusan perguruan tinggi untuk
dapat bersaing. Setiap tahun, ratusan ribu lulusan dihasilkan dari perguruan
tinggi dengan latar belakang jurusan ilmu yang berbeda. Persaingan ini sudah
barang tentu akan mengakibatkan porsi lapangan kerja yang tersedia dengan lulusan
yang ada tidak seimbang. Hal ini tidak saja terjadi dibeberapa daerah tertentu
dalam dua atau tiga tahun kedepan.
Entrepeneur Sejati
Untuk menjadi
entrepreneur ulung, proses lebih penting dari pada hasil. Lewat proses itulah
paradigm berfikir, dan kematangan diperoleh. Proses adalah rangkaian peristiwa
dari waktu kewaktu yang berisi kegagalan, kesuksesan, jatuh bangun, letih,
sedih, suash, putus asa, bangkit dan seterusnya. Proses yang panjang dan
melelahkan membentuk kepribadian dan mentalitas entrepreneur yang tangguh
pantang menyerah dan selalu jauh kedepan.
Rintangan dan
halangan dijadikan gizi untuk meningkatkan profesionalisme. Ia jadikan
tantangan sebagai peluang dan kelemahan sebagai kekuatan. Pada akhirnya ia
menjadikan entrepeneurship sebagai bagaian hidupnya yang tidak ter[isahkan.
Seakan-akan ia tidak mau berpisah dengannya sedikit pun, karena jiwanya telah
menyatu.
Kemanapun dan
dimanapun entrepeneurship tertanam kuat dalam dirinya. Dialah seorang
entrepreneur sejati yang akan meninggalkan banyak prestasi yang diteladani anak
cucu bangsa ini. dia memiliki criteria, antara lain menciptakan dan
memanfaatkan peluang, berani mengambil resiko yang terukur dan berinovasi tiada
henti.
Seorang
entrepreneur adalah orang yang jeli membaca peluang tidak hanya sekedar membaca
ia mampu menciptakan peluang tersebut dengan kecerdikan dan kehilaiannya, ia
memanfaatkan untuk mengembangkan profesinya. Menciptakan dan memanfaatkan
peluang seperti ini terjadi secara bertahap. Pada awalnya, ia berfikir keras
untuk menciptakan peluang, lambat laut pengalaman membuatnya berfikir semakin
cepat, hingga akhirnya menjadi kemampuan yang inheren dalam jiwanya.
Entrepreneur
adalah sosok pemberani dalam mengambil kuputusan, walaupun berisiko. Semakin
kecil resikonya, semakin sedikin tantangan yang dihadapi dan semakin tidak
produktif , semakin besar resikonya, semakin progresif pemikiran dan aksinya,
sehingga produktivitasnya semakin meningkat tajam. Tentu, semua berjalan secara
bertahap. Awalnya seorang entrepreneur hanya berani memulai usaha yang berisiko
kecil, kemudian berkembang ke tengah, lalu melesat ke atas dengan risiko yang
sangat besar.
Seorang
pemberani tidak sama dengan mereka yang tanpa perhitungan (ngawur). Seorang
pemberani mengambil risiko dengan ukuran-ukuran dan perhitungan yang matang. Ia
sudah menyiapkan langkah dan jurus untuk mengantisipasi segala masalah yang
timbul dikemudian hari.
Berani mengambil
keputusan yang berisiko dan terukur menjadi cirri kedua seorang entrepreneur.
Sosok entrepreneur tidak pernah ragu dalam mengambil keputusan, memulai ide,
gagasan dan pemikiran yang cemerlang. Dunia ini hanya milik sang pemberani yang
dengan tegas melangkah maju dengan gigih, siap enghadapi risiko dan
memaksimalkan segalakemampuan dengan tekad bulat dan optimism meraih kesuksesan
gemilang di masa depan.
Mandiri dan Berprestasi
Menjadi sosok
entrepreneur membuat seseorang mandiri dalam membuat keputusan, menjalani
kehidupan, dan menikmati hidup.
Kemandirian seorang entrepreneur tidak berkonotasi negative. Dari kemandirian
itulah ia bergerak bebas dalam mengembangkan potensi dan skillnya secara
maksimal, tanpa diganggu orang lain, tidak berada dibawah banyang-banyang,
tekanan, dan kekuasaan orang lain. Ia bisa memilih bidang keahliannya secara
mandiri. Dari sini lahirlah prestasi demi prestasi yang menakjubkan dan yang
bermanfaat bagi orang banyak. Dimensi kemandirian akan berdampak terhadap
dimensi sosial kemasyarakatan secara lebih luas.
Sosok
entrepreneur haruslah seorang yang senang dengan pribadi bebas. Dengan
demikian, ia bisa mengembangkan kreativitas dan imajinasinya yang luar biasa.
Ia merasa damai dalam kebebasannya, hanya Tuhan yang mengarahkan dan
membimbingnya. Ia tunduk terhadap aturan Tuhan. Ia merasa Tuhan memberikan
kebebasan manusia sepenuhnya dalam beraktualisasi dalam koridor yang benar dan
bertanggung jawab.
Mobilitas
seorang entrepreneur sangat tinggi. Seorang entrepreneur harus memegang pucuk
pimpinan, top leader, menjadi policy maker, atau decision maker yang menentukan
dinamika perusahaan yang dipimpinnya. Ia bebas mengaplikasikan ide-ide
bisnisnya, mengembangkan relasi dan mitra kerjanya, melakukan improvisasi
produk-produknya terus melakukan diversifikasi bisnis dengan pertimbangan yang
matang. Kebebsannya akan membawa berkah bagi banyak orang, aka nada banyak
pekerjaan, akan menysejahterakan masyarakat yang menerima shadaqahnya.
Sosok
entrepreneur adalah mereka yang sigap dalam melakukan suksesi dan kaderisasi
kepemimpinan. Dalam konteks sosial, sosok entrepreneur adalah mereka yang sudah
terbiasa dengan rekayasa sosial (social engineering), sehingga dalam
menatap masa depan yang jauh, lima puluh tahun lagi, seratus tahun lagi, atau
lebih dari itu, ia menyiapkan kader-kader andal yang siap berproses dengan
waktu untuk mencapai kematangan, kelihaian dan kecermatan.
Kader penerus
tidak hanya dalam perusahaan yang dipimpinnya tapi juga dalam segenap aktivitas
yang dijalaninya, apakah itu dalam bidang pendidikan, keagamaan, sosial
kemasyarakatan, budaya, jurnalistik, lembaga swadaya masyarakat dan lain
sebagainya. Ia ingin kebaikan senantiasa abadi di dunia ini, sehingga penebar
kebaikan harus terus diproduksi dengan sistematis, gradual, dan professional.
Tantangan dunia
semakin hari semakin keras, kader penerus haruslah sosok-sosok manusia yang
siap menghadapi segala zaman dengan bekal ilmu, skill, moral,dan cakrawala
pemikiran yang visioner dan kosmopolit. Mereka harus ditempa dengan pendidikan
yang keras, latihan yang keras dan eksperimentasi yang keras. Layaknya latihan
militer yang harus melewati medan berbahaya dan mematikan. Keberanian, tekad,
semangat dan optimism meraih hasil terbaik membuat sukses dalam melewati
rintangan yang mematikan.
Dari sanalah
mentalitas dan wawasan mereka siap menghadapi problematika yang kompleks di era
globalisasi dunia yang semakin absurd dan distortif. Kematangan psikologis,
intelektual dan sosial membawanya pada satu level kepemimpinan visioner yang
arif, bijak, cerdas, solutif dan aplikatif.
Seorang
entrepreneur dianggap hebat kalau mampu mencetak orang biasa menjadi
entrepreneur andal, seandal dia atau melebihinya. Ia tidak pelit memberikan
ilmu, tips, strategi, motivasi dan bimbingan secara terus menerus. Ia bukanlah
orang yang senang menyembunyikan ilmunya, memikirkan nasibnya sendiri dan
mebiarkan dirinya dalam singgasana kesuksesan, sementara teman-teman masyarakat
sekitarnya hidup dalam kubangan kemiskinan, kemunduran, dan keterbelakangan. Ia
akan berjuang keras sekuat tenaga menyumbangkan ilmu, materi, dan tenaganya
guna memberdayakan masyarakat secara luas, memberikan akses, dan relasi kepada
mereka agar berdikari dan maju secara pesat.
Kaderisasi
terus-menerus ia lakukan demi kontinuitas dalam mengembangkan dunia wirausaha.
Ia bahkan mendirikan lembaga entrepeneurship untuk melaksanakan program-program
kerakyatan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. lembaga tersebut dijadikan
tempat menanamkan virus entrepeneurship. Pengayaan ilmu, memperkaya pemikiran,
dan sebagai wahana kerja sama dengan lembaga lain demi pengembangan jiwa
wirausaha secara akseleratif dan massif.
Pendidikan
entrepreneur bisa menjadi salah satu senjata menyukseskan individu yang
bermuara pada kesuksesan bangsa secara keseluruhan. Pendidikan entrepeneurship
akan mengubah mentalitas pasif-stagnan bangsa ini akan menjadi mentalitas pengubah
yang aktif, dinamis, dan kompetitif. Mentalitas positif ini akan meraig segala
impian dengan mencurahkan segala kemampuan terbaik yang dimiliki, tidak
menyerah dan pantang mundur dan selalu optimis menghadapi masa depan.
Mereka akan
menyiapkan manajemen, sumber daya manusia, networking relationship dan kekuatan
financial untuk merekot bak meteor dalam era persaingan keras di level nasional
dan global. Mereka akan member energy, inspirasi dan motivasi melimpah kepada
adik-adiknya untuk tidak menyerah terhadap nasib, tapi mengubahnya sesuai
impian dan cita-cita, jangan pernah bermalas-malasan untuk menggapai cita-cita
kerahkan seluruh kemampuan terbaikmu, niscaya aka nada perubahan dehsyat yang
tidak terbayangkan sebelumnya.
Entrepneur akan
kreatif menggali dan mengembangkan potensi internal bangsa ini menjadi satu
kekuatan dahsyat yang mengubah masa depan Indonesia. Mereka bersatu padu dan
bahu membahu demi kejayaan Indonesia. Mereka hilangkan kemalasan dan mereka
tanggalkan kepentingan primordial demi menggapai kepentingan nasional.
Mereka
bersinergi dengen pemerintah dalam memerangi korupsi, kolusi, dan nepotisme,
serta melawan korporasi perusahaan multinasional yang ingin menjajah ekonomi
bangsa ini. mereka berbicara Negara, bukan kepentingan pribadi dan kelompok.
Mereka mengidam-idamkan kebangkitan ekonomi Indonesia yang berwibawa di mata
dunia internasional.
Mereka tidak mau
menjaul Indonesia pada Negara dan perusahaan asing walau dengan kompensasi uang
triliunan. Godaan materi mereka lawan dengan komitmen nasionalisme dan
patriotisme. Kebanggaan menjadi bangsa Indonesia membakar semangat pengorbanan
dan perjuangan sampai titik darah penghabisan untuk mengibarkan sang Merah
Putih setinggi-tingginya.
Bangsa Indonesia
jangan mau lagi dihina dan ditertawakan bangsa lain sebagai bangsa teroris,
gudang sabu-sabu, sumber kriminalitas, lumbung prostitusi dan label negative
lainnya. Bangsa ini harus bangkit untuk menggapai keperkasaan, ketigdayaan dan
kebesaran. Siapakah yang mengangkat bangsa ini jika bukan kita sendiri sebagai
warga Negara yang mencitai tanah air ini. kalau para pahlawan revolusi telah
mengorbankan jiwa, raga dan seluruh kepunyaannya demi membebaskan negeri ini
dari cengkeraman penjajah, hegenomi ekonomi, politik, budaya, pendidikan, seni,
keamanan, dan aspek yang lain.
Bangsa ini harus
berani tegak dengan kepalanya sendiri, tanpa mengantung terhadap bangs lain.
Kader-kader terbaik yang selama ini masih enjaoy di negeri orang, segera
panggil untuk kembali ke tanah air guna mengembangkan potensi bangsa ini.
mereka kita hargai dengan pantas. Jangan karena masalah politik, mereka kita
marginalkan atau bahkan kita habisi kariernya.
Kerukunan, kebersamaan, dan kesetiakawanan
harus menjadi budaya baru bangsa ini dalam menyongsong era revolusi teknologi.
Bendera merah putih harus berkibar tinggi, melebihi bangsa lain di dunia ini.
motto itulah yang akan membakar semangat kita untuk keras dalam belajar,
berkarya, dan berjuang. Bravo Indonesia, masa depan ada di depanmu.
Judul : Sekolah Entrepeneurship
Penulis :
Dr.Jamal Ma’mur Asmani, MA
Penerbit : Diva Press
Cetakan : I, januari 2011
Tebal :xxiv 260 Halaman
Peresensi : Siswanto,