
1.
Hj. Muzayyanah, istri KH Mansyur Lasem
(ibu dari
Gus Qoyyum)
2.
Muhammad
Hasyim
3.
KHMA Sahal Mahfudh Kajen
4.
Hj.
Salmah, istri KH Mawardi Bugel Jepara
5.
Hj.
Fadhilah, istri KH Rodhi Sholeh
Jakarta
6.
Hj.
Khodijah, istri KH Maddah Zawawi KencongJember
Sebagai seorang anak muda
yang hidup dimasa perjuangan kemerdekaan
Negara Republik Indonesia Gus Hasyim mewarisi jiwa perjuangan dari ayahanda beliau
KH Mahfudh Salam seorang pejuang
yang gigih melawan penjajahan Belanda
yang akhirnya wafat dipenjara Ambarawa pada tahun
1944 dan dimakamkan dikomplek pemakaman penjara Belanda di Ambarawa.
Santri muda Gus Hasyim memiliki karakter
yang keras dan tegas dalam memegang prinsip kehidupannya hingga memilih terjun dimedan laga dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik
Indonesia, sikap ketegasan dalam perjuangan inilah
yang meng-inspirasi para santri untuk ikut terjun dalam perjuangan fisik mempertahankan kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik
Indonesia menyambut seruan Resolusi
Jihad yang dikumandangkan oleh Rois
Akbar Nahdhatul Ulama HadhrotusSyekh KH
HasyimAsy’ari pada tanggal
22 Oktober 1945. Dengan diikuti beberapa santri Kajen
yang lain diantaranya,
Abdullah Sa’id (putra KH Mustaghfiri Kajen),
Masyhadi, Na’im Ihsan,
dan lain-lain beliau malang melintang dalam peperangan melawan agresi Belanda
I dan agresi Belanda
II. Beliau berjuang dalam barisan Hizbullah bahu membahu dengan Tentara Nasional
Indonesia melakukan penyergapan dan perampasan senjata dari tentara Belanda kemudian menyimpannya dikomplek pemakaman Kajen serta mendistribusikannya kepada pejuang-pejuang
lain. Hingga beliau terkenal dikalangan pejuang dengan kemampuan mengoperasikan senjata-senjata rampasan dari tentara Belanda.
Kepiawaian beliau dalam melancarkan serangan mendadak dijalur patroli Agresor Belanda dan keahliannya dalam mengoperasikan senjata rampasan inilah
yang menjadikannya sasaran dan
target operasi Belanda.
Keberadaan beliau selalu dimata-matai,
oleh karenanya beliau tidak pernah menetap disatu tempat lebih dari satu malam,
beliau selalu berpindah-pindah dari satu tempat ketempat
lain. Hingga akhirnya dipenghujung tahun
1949 disatu surau diwilayah Sukolilo Pati saat beliau selesai Jamaah Shalat Ashar mengimami dua orang santri,
Abdul Manan dan Sholeh serta seorang anggota Tentara bernama Harun terjadilah penyergapan oleh patroli Belanda,
Gus Hasyim ditangkap saat berdoa sesudah sholat Ashar beberapa
kali tembakan diarahkan kepada beliau tetapi tidak mempan dan akhirnya diberondong dengan senjata otomatis hingga akhirnya gugur sebagai seorang Syahid saat mempertahankan kemerdekaan
Negara Kesatuan Reepublik
Indonesia dalam usia
yang masih sangat muda yaitu dua puluh tahun,
sementara para pengikut beliau berhasil lolos dan menyampaikan kabar penangkapan dan kematian beliau ke Kajen. Jasa beliau pada awalnya dimakamkan di Sukolilo setelah beberapa tahun kemudian atas ijin keluarga akhirnya dipindahkan ke
Taman Makam Pahlawan Pati
(dengan nomor makam
95 atas nama Hasyim ket.
Gugur)dan pada saat dipidahkan jasad beliau masih dalam keadaan utuh.
Semoga keikhlasan,
perjuangan, dan pengorbanan beliau demi mempertahankan kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik
Indonesia senantiasa dapat kita kenang dan khususnya bagi para santri semoga beliau senantiasa menjadi inspirasi dan menjadi tauladan dan
symbol kecintaan santri pada negeri tercinta
Indonesia.
*) Dirangkum dari beberapa sumber dan disampaikan pada Ziarah Makam Pahlawan dalam rangkaian acara Hari Santri Nasional tahun
1917oleh H.A.Manhajussidad Shonhaji,
Lc., MSI