
Pada diskusi kali ini mengambil
tema tema Islam Arif, Islam Nusantara; belajar mencintai sesama melalui agama. Tema tersebut di ambil dari buku Menusantarakan
Islam karya Dr. Aksin Wijaya.
“Ada beberapa hal dari hasil
diskusi pertama, Islam datang di Indonesia melalui beberapa cara, baik itu
berdagang, perkawinan maupun menetap di Nusantara, sehingga Islam pelan tapi
pasti berkembang di Nusantara, Kedua, Islam nusantara adalah corak dari
keanekaragaman islam yang masuk di Indonesia, karena Islam tidak hanya datang
dari orang Arab saja, tetapi dari Eropa dan dari lokal sendiri, sehingga Islam Nusantara
memiliki corak tersendiri,”jelas Siswanto
Siswanto melanjutkan, istilah Islam
Nusantara adalah strategi orang NU untuk mempromosikan bahwa Islam yang baik
adalah berislam secara damai, penuh kasih sayang, satun serta rahmatan
lilalamin, cara ulama kita mempromosikan kepada dunia bahwa ini lho Islam yang
penuh damai, meski berbeda- beda suku, ras, etnis, adat istiadat tetapi secara
berkehidupan di masyarakat saling toleransi dan saling membantu antar sesama,
inilah bentuk Islam yang sesungguhnya.
Hal senaga juga diungkapkan ketu
Lakpesdam NU Pati, Andi Irawan, kalau kita lihat sejarahnya Islam datang di
tanah Jawa melalui pendekatan sufistik pendekatan dengan acara satun dan penuh
kasih sayang, seperti halnya yang sdh di cobtohkan Nabi Muhammad Saw, selain
itu juga melalui akulturasi budaya, karena kalau kita lihat masyarakat
nusantara mayoritas beragama hindu dan budha, dan masih meyakini animisme dan
dinamisme, oleh karena para wali songo dgn melalui pendekatan hunanisme,
sufistik dan akulturasi budaya tanpa menghilangkan budaya lokal seperti
tahlilan, ziarah kubur, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari dan metoni
berjalan sesuai dengan syariat Islam tanpa harus menghilangkan budaya lokal,
akan tetapi disisipi dengan nilai-nilai keislaman, sehingga melalui pola pendekatan
seperti diatas Islam bisa diterima dan memiliki ruang untuk bereksistensi dan
tersebar luas di Nusansara, pungkasnya.