
“Resolusi
Jihad Hadlratussyekh KH M Hasyim Asy'ari pada tanggal 22 Oktober 2017 yg
mewajibkan umat Islam mengangkat senjata untuk mempertahankan kemerdekaan
membuktikan besarnya nasionalisme dan patriotisme para santri dlm mengawal
negeri. Jika santri terdahulu punya spirit tinggi dalam khidmah untuk bangsa,
apa khidmah santri untuk negeri di era sekarang?” jelas Ketua Panitia Hari
Santri Jamal Makmur
Banyak
sekali tantangan bangsa, meliputi krisis moral, mental, pendidikan, ekonomi,
kebudayaan, politik, dan sosial. Maka, ada banyak hal yang harus dilakukan
santri di masa depan.
Pertama,
mengembangkan pendidikan baik formal maupun nonformal, seperti pesantren,
madin, TPQ, madrasah, dan lain-lain. Para santri harus belajar manajemen
pendidikan profesional supaya mampu mentransformasi pendidikan ke arah yang lebih
dinamis dan kompetitif.
Kedua,
mengembangkan masjid, mushalla, dan majlis ta'lim dgn kegiatan penguatan
akidah, pengajian kitab aswaja nahdliyah, sosial, pemberdayaan ekonomi, dan
penguatan remaja masjid.
Ketiga,
menghidupkan organisasi NU di wilayahnya masing-masing supaya eksistensi NU
dirasakan manfaatnya oleh warga NU dan masyarakat secara umum. Selain kegiatan
rutin, seperti lailatul ijtima', barzanji, dan kajian kitab, lembaga amil
zakat, infak dan sedekah harus dihidupkan. Jangan sampai potensi zakat nasional
sebesar 280 trilyun hanya tinggal potensi saja tanpa angka yang riil. Jika
angka itu bisa dikumpulkan 100 trilyun saja, betapa besar potensi yang bisa
digunakan untuk pemberdayaan ekonomi umat dan peningkatan kualitas pendidikan.
Keempat,
mengokohkan paradigma dan aksi Islam Aswaja yg rahmatan lil alamin dan menolak
tegas paham radikal, fundamental, dan teror yang menebarkan kebencian, amarah,
dan menghalalkan segala macam cara. Khilafah Islamiyah struktural ditolak
karena hanya kedok untuk kepentingan politik primordial. Khilafah Islamiyah
kultural diwujudkan dgn menegaknya nilai-nilai substansial Islam, seperti
keadilan, kesetaraan, kemanusiaan, kepedulian sosial, dan kebahagaiaan lahir
batin. Dalam konteks Indonesia, PBNU (Pancasila, Binneka Tunggal Ika, NKRI, dan
UUD 1945) adalah harga mati demi keutuhan dan kemajuan bangsa.
Kelima,
membangun politik yang santun, bermartabat, dan jauh dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Politik yg diperkuangkan santri berorientasi kpd tegaknya kemaslahatan
rakyat, yaitu terpenuhinya kebutuhan primer, sekunder, dan tersier, bukan
politik yang justru memperkaya diri, keluarga, dan golongan.
Kelima
hal tersebut harus menjadi PR besar bagi santri-santri masa depan, pungkas
Jamal (N)