
KH
M Aniq Muhammadun menyampaikan tausiyahnya pada acara tersebut, mengajak kepada
umat Islam untuk meniru dakwah Nabi Muhammad SAW yang penuh kelembutan dan
kasih sayang. Hal ini sesuai firman Allah SWT "Fabima rahmatin minallahi
linta lahum, walau kunta fadldlan ghalidhal qalbi lanfadldluu min haulika,
fa'fu anhum wastaghfirlahum wasyaawirhum fil amr, faidza 'azamta fatawakkal
alalllahi, innallaha yubibbul mutawakkiliin" (Qs Ali Imran 159), sebab
kasih sayang Allah, kamu (Muhammad) mampu bersikap lemah lembut kepada kaum
(masyarakat arab), jika kamu kasar dan keras hati maka mereka akan lari dari
sekelilingmu, maka ampuni kesalahan mereka, mohonkan ampunan dosa-dosa mereka,
dan ajak mereka bermusyawarah, maka jika kamu punya membulatkan tekad, maka
berserah dirilah kepada Allah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
berserah diri.
Aniq
melanjutkan supaya bisa berdakwah dengan penuh kelembutan, ada beberapa cara; Pertama,
pahami Islam secara kontekstual. Dalam hal ini harus dibedakan konteks Arab dan
Indonesia, khususnya Jawa. Sabda Nabi ittaqun naara walau bisyiqqi tamratin,
jauhi neraka walau dengan sepotong kurma. Di Arab, sepotong kurma sudah
berharga, tapi di Indonesia harus diartikan berkat (nasi dan ikan).
Kedua, jangan mudah menuduh orang
lain dengan stigma negatif, seperti bid'ah, kafir, dan sesat. Dalam konteks
bid'ah, hadis kullu bid'atin dlalalah, semua bid'ah adalah sesat, ditakhsis
cakupan umumnya dengan hadis man sanna fil Islam sunnatan hasanatan falahu
ajruha waajruman amila biha ba'dahu min ghairi anyanqusha min ujuurihim syaian,
waman sanna fil Islami sunnatan sayyiatan, falahu wizruha wa wizru man amila
biha ba'dahu min ghairi an yanqusha min auzaarihim syaian (HR Muslim). (barang
siapa membuat tradisi baru yang baik dalam Islam, maka baginya pahala dan
pahala orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi pahala mereka, dan
barang siapa membuat tradisi jelek dalam Islam, maka baginya dosa dan dosa
orang yamg mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka).
Jadi, hadis kullu bid'atin dlalalah
ditakhsis menjdi kullu bid'atin sayyiatin dlalalah, semua bid'ah yang jelek itu
sesat. Jika bid'ahnya baik, maka tidak sesat, justru pahalanya berlipat-lipat.
Ketiga, melestarikan budaya leluhur
yang tidak bertentangan dengan syariat Islam. Dalam Islam hal ini terjadi.
Misalnya sa'i dari shawa menuju marwa yang sudah dilakukan pra Islam kemudian
al-Quran melestarikannya (ada dalam al Quran, fala junaha alaihi an
yaththawwafa bihima). Tradisi yg bertentangan dgn syariat Islam, seperti zina,
minum-minuman keras, tentu harus dihilangkan secara bertahap.
Tradisi Halal Bi Halal merupakan
tradisi baik leluhur yang harus dilestarikan, bahkan inisiator utamanya adalah
Rais Am Syuriyah PBNU KH Abdul Wahab Hazbullah.