
Sebelum pambacaan tahlil terlebih
dahulu diceritakan tentang sejarah pendirian Madrasah Tarbiyatul Banin pada
kesempatan kali ini Yusuf Hasyim yang menceritakan perihal desa Pekalongan Kec. Winong.
“Ketika itu, terdapat kyai atau seorang ulama’ yang pernah belajar
bersama dengan Kyai Abd. Wahab Hasbbullah di Mekkah (mukim haji selama 7 tahun)
beliau adalah Kyai H. Ismail Bin Zaenal Abidin.Bersama saudara-saudaranya,
beliau mendirikan langgar pondok sederhana untuk mengaji secara privat
mendalami Syariat Islam,”jelasnya
Pada tahun 1930 KH. Anwar beserta rombongan sebagai misi
perkembangan pondok dan madrasah bersilaturrahim ke rumah KH. Ismail bin Zainal
Abidin di desa Pekalongan Kec. Winong yang masih kosong belum ada madrasah dan
masjidnya. Mereka melihat perlunya segera didirikan sebuah lembaga pendidikan
dengan system madrasah seperti yang sudah ada di Kajen. Kemudian KH. Mahfudh
Salam membidani kelahiran madrasah di desa Pekalongan dengan nama Far’iyah
Matholi’ul Falah. Guru-gurunya dikirim dari Kajen antar lain KH. Sanadji, KH.
Fahrur Rozi dan guru bantu lainnya. Sedangkan KH. Mahfudh Salam sebagai mufatis
karena ilmu agamanya beliau dikenal pada saat itu sebagai presiden agama
(sumber sesepuh desa Pekalongan).
Saat pembacaan sejarah para siswa mendengarkan dengan penuh khitmad
dan seksama.
Yusuf melanjutkan, sejak saat itu perjalanan madrasah Matholi’ul
Falah di desa Pekalongan berjalan lancar mulai dengan pendidikan sipir awal,
stani dan sipir stalis baru ke jenjang kelas 1, 2, dan 3. Tenaga guru dari
Kajen bertempat transit di rumah KH. Ismail dengan honorarium dan seluruh
kebutuhan logostik ditanggung oleh beliau. Kader guru lokal yang pertama kali
diangkat oleh KH. Ismail (pengurus) adalah KH. Jauhar bin H. Umar dan lalu KH.
Siraj bin H. Shidiq (tahun 1939). Selanjutnya ditambah dengan K. Abu Thoyib bin
H. Umar (menantu KH. Ismail), K. Ah. Fadlil dan K. Asyhuri Ridwan. Karena sudah
cukup di anggap mampu untuk berdikari maka Kepala Madrasah diserahkan kepada K.
Jauhar bin H. Umar,(red)