
Embrio
berdirinya NU berasal dari tiga organisasi. Masing-masing bergerak dalam bidang
yang berbeda, Nahdlatut Tujjar pada tahun 1918 yang bergerak dalam bidang
ekonomi, Taswirul Afkar yang bergerak dalam bidang keilmuan dan budaya pada
tahun 1922, dan Nahdlatul Wathon yang bergerak dalam bidang politik melalui
bidang pendidikan pada tahun 1924.[1]
Tiga
hal ini merupakan pilar NU yang meliputi wawasan ekonomi kerakyatan; wawasan
keilmuan, sosial budaya; dan wawasan kebangsaan.[2]
Gelombang
naik dan turun peran NU di Indonesia. Terdapat tiga kali masa pasang naik peran
NU. Pertama, ketika mulai berdiri
pada tahun 1926, kedua pada tahun
1950-an, dan ketiga dimulai pada
tahun 1984 dan memuncak pada periode 1990-an. Bapak Hayat dari PBNU menyatakan
bahwa adanya naik turun ini harus diteliti apa penyebabnya sehingga periode
penurunan bisa diantisipasi dan dihindari.[3]
NU
sebagai Ormas keagamaan lahir untuk membangkitkan bangsa Indonesia dari tidur
lelapnya diatas nina bobo pengaruh penjajahan. Ada tiga pilar utama sebagai
pondasi bagi tegaknya organisasi NU yaitu, Nahdlatul Wathan, Tashwirul Afkar dan
Nahdlatut Tujjar. Ketiga pilar ini menjadi bagian terpenting dalam perjalanan
NU membangun bangsa ini. Ketiga pilar tersebut pada mulanya adalah sebuah
organisasi yang masing-masing didirikan oleh ulama-ulama dari kalangan NU
sendiri. Tahun 1914 berdiri Nahdlatul Wathan sebagai manisfestasi dari
kebangkitan berbangsa dan bernegara yang merdeka, bebas dari pengaruh
penjajahan. Kemudian Tashwirul Afkar pada 1918 sebagai ikon dari pengembangan
dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan. Dan pada tahun yang sama berdiri pula
Nahdlatut Tujjar sebagai perwujudan dari pengembangan ekonomi ummat. Ketiga
menjadi cikal bakal NU dan sekaligus sebagai pondasi fundamental NU.[4]
Sejak
awal peran Nahdlatut Tujjar dalam memberdayakan ekonomi umat mendapat dukungan
dari para pendiri NU yang kebanyakan adalah para pedagang atau
sekurang-kurangnya mempunyai unit produksi yang membuat mereka bisa mandiri
secara ekonomi. Diakui atau tidak, mayoritas penduduk Indonesia berada dalam
kemiskinan dan mayoritas dari itu adalah warga Nahdiyyin yang berada di
pedesaan. Ini adalah tantangan bagi NU untuk menancapkan peranannya dalam
pemberdayaan ekonomi umat. Dalam kondisi masyarakat seperti ini, pengembangan
ekonomi menjadi satu hal terpenting. Karena sabda Rasul Saw yang artinya
“kefakiran akan mendekatkan pada kekufuran”. Ini mencerminkan bahwa dalam
ekonomi; Islam pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs) akan sangat mempengaruhi
keimanan dan keislaman seseorang.[5]
Kembali
ke khittah bagi NU tidak hanya dimaknai sebagai meninggalkan panggung politik
praktis. Namun ada satu yang sangat penting yaitu kembali fokus untuk
memberdayakan ekonomi umat dengan landasan sejarah Nahdlatut Tujjar.
NU
harus maksimal dalam menjalankan Statusnnya (AD/ART) Fatsal 3 poin f
yaitu:“Mendirikan badan-badan oentoek memadjoekan oeroesan pertanian, perniagaan
dan peroesahaan jang tidak dilarang oleh ajaran’ Agama Islam”.[6]
Disini
sangat jelas bahwa NU harus memperhatikan sektor-sektor penggerak ekonomi. Sejarah
NU dimulai ketika kalangan pesantren gigih melawan kolonialisme dengan
membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatut Wathan (Kebangkitan Tanah
Air) pada tahun 1916.
Kemudian
tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri
(Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan
keagamaan kaum santri. Selanjutnya didirikanlah Nahdlatut Tujjar (Pergerakan
Kaum Saudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat.[7]
Nahdlatut Tujjar
(Pergerakan Kaum Saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki
perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar, maka Taswirul Afkar tampil
sebagi kelompok studi serta lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan
memiliki cabang di beberapa kota.[8]
Kyai
Hasyim juga seorang petani dan pedagang sukses. Tanahnya puluhan hektar. Dua
hari dalam seminggu, Kyai Hasyim istirahat tidak mengajar. Saat itulah ia
memeriksa sawah-sawahnya. Kadang juga pergi ke Surabaya berdagang kuda, besi
dan menjual hasil pertaniannya. Dari bertani dan berdagang itulah, Kyai Hasyim
menghidupi keluarga dan pesantrennya.[9]
Ketika
berbicara mengenai hal kewirausahaan, ada hal dasar yang lebih dulu kita
perhatikan yakni kaitannya dengan diri kita sendiri. Yaitu sifat dasar yang
melekat dalam diri seseorang. Dalam buku ini, pada bab awal diterangkan:
Langkah-langkah awal dalam menuju wirausahawan sejati:[10]
NU
merupakan salah satu kekuatan sosial, kulktural dan keagamaan yang sangat
berpengaruh di Indonesia selama bertahun-tahun. Semuanya itu bisa kita
diskusikan lebih lanjut pada acara muktamar yang terdekat di Jawa Timur. Dengan
semangat Nahdlatut Tujjar pula NU akan menjadi lembaga yang sempurna atau
bahkan paripurna bila telah dapat memberdayakan umat dalam tataran perekonomian
yang memihak pada rakyat.
Bupati
Pasuruan, HM Irsyad Yusuf sangat mengapresiasi kegiatan pelatihan untuk kader
muda yang digagas HIPSI dan ISNU ini. "Kegiatan seperti ini sangat
bermanfaat karena turut ikut serta meningkatkan perkonomian masyarakat Pasuruan
dan mengurangi pengangguran," tandasnya.[11]
SIAPAKAH
ENTREPRENUER?
Mengenai
arti asal akata entreprenuer akan membantu kita memahamami lebih lanjut dari
pembahasan ini. “Entreprenuer” berasal dari bahasa perancis “enter” (di
antara) dan “prendre” (mengambil). Sebuta entreprenuer digunakan pertama kali
pada anad 18 untuk seseorang yang bererperan sebagai “perantara” antara
beberapa pihak dalm proses transaksi perdagangan. Namun, Richard Cantillon
(1680-1734), oarang yang dipercaya pertama kalo menggunakan sebutan ini,
mengartikan “entreprenuer” sebagai orang yang berani menanggung resiki dalam
sistem perekonomian. Pada zaman itu, entrepreneur dianggap sebgai orang yang
berani menanggung resiko yang ada d antara pemasok (supplier) dan
pelanggan (customer).
Namun,
sejalan dengan perkembangan zaman di mana perekonomian tidak hanya digerakkan
oleh petani dan pedagan saja, melainkan banya industri lain bermunculan,
seperti industri- industri lain yang sarat akan kemajuan teknologi, industri
kreatif, dan industri-industri lain yanga sarat akan kemajuan teknologi, arti
“entrepreneur” juga semakin berkembang.[12]
Banyak
pakar mendefenisikan entrepneur dengan beragam arti. Namun, menurut Sandi
Wayudi dalam bukunya: Beragama defenisi mempunyai persamaan, yankni entrpreneur
selalu memiliki cara kreatif untuk memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk
hasil yang maksimal.[13]
Casson
(2003: 20) mendefenisikan entrepreneur dengan sangat baik, yakni “An entreprenuer
is someone who specializes in taking judgmental decisions about the coodination
of scarce resources.” Atau dalam terjemahan bahasa Indonesia “Entreprenuer
adalah seseorang yang ahli dalam pengambilan keputusan untuk mengkoordinasikan
sumber daya yang terbatas.”[14]
Jika anda lihat defenisi tersebut maka
tidak dietmukan sama sekali unsur bisnis di dalamnya. Oleh sebab itu, tidaklah
tepat jika entrepreneur selalu dikaitkan dengan pengusaha yang sukss. Seseorang
yang memiliki misi osial atau bahakan pegawai negeri pun, asalkan dia kreatif
untk menggunakan sumber daya terbatas untuk haisl yang maksimal bagi semua
orang, dia layak disebut sebagai entreprenuer.[15]
Selanjutnya
dalam buku Entrepeneurial Branding and Selling diterangkan:
“Sebaik-baik
usaha adalah usaha orang-orang yang berniaga (Pengusaha atau entreprenuer),
yang jika berbicara tidak dusta, jika diberi amanat tidak, jika berjanji tidak
meleset, jika membeli tidak mencela (barang yang akan dibelinya), jika menjual
tidak memuji-muji (barang yang aka dijualnya), jika berhutang tidak
menunda-nunda pembayarannya, dan jika berpiutang tidak (orang yang berhutang)”
(HR. Baihaqi)[16]
Menjadi
pengusaha bukanlah sesuatu yang mudah. Dibutuhkan mental yang kuat antara lain
sifat ulet, percaya diri, berani, tahan banting, petualang dan sikap-sikap lain
sebagaimana diurai di dalam buku ini. Oleh karena itu untuk menjadi
enterpreneur yang sukses, seseorang perlu mendapat pengarahan visi dan mental
kewirausahaan sejak sedini mungkin, semuda mungkin. Karena kita seharusnya
menjadi anak muda yang tergiring untuk menjadi entreprenuer yang
baik.[17]
Maka
itu, working memory, yang dibentuk ari kecil menjadi perhatian para
ekonom dan para negarwan. Working memory atau kemampuan mengelola
informasi dengan cepay adalah seperti kita melihat komputer yang sedang bekerja
mengolah data yang besar.[18]
Entreprenuer
adalah sebutan bagi seorang pengusaha yang sukses. Mengapa saya katakan
pengusaha sukses dikatakan sebagai entreprenuer? Sebab banyak pengusaha yang
menghisap tenaga karyawan, menjadikan mereka sebagai budak untuk menghasilkan kekayaan
bagi dirinya sendiri. Banyak pengusaha yang tidak peduli akan lingkungan,
mereka mengeksploitasi alam untuk memperbesar usahanya tanpa disertai upaya
untuk konservasi. Banyak pengusaha yang menipu pelanggan demi menambahkan
sedikit rupiah ke kantong mereka. Banyak pengusaha yang ingkar janji dengan
patnernya sendiri, ingin menguasai arena bisnis sendirian. Entreprenuer adalah
orang yang berbeda, dia adalah pengusaha yang kreatif, inovatif, mengutamakan
kesejahteraan bangsa ketimmbang dirinya. Dia berfikir jauh ke depan, bagaimana
menciptakan sistem yang dapat menguntungkan semua pihak, tidak terkecuali untuk
karyawannya sendiri.[19]
Seorang
Entreprenuer diharapkan mampu melihat masa depannya jauh ke depan. Visi dan
misi yang dibuat untuk kepentingan diri sendiri, melainkan untuk mensejahterakan
masyarakat sekitar, bangsa dan negara. Oleh sebab itu, sebelum belajar seni
berbisnis Anda yang mau menjadi entrepreneur sejati wajib bercermin terlebih
dulu, apakah Anda sudah siap atau masih perlu mempertajam visi dan misi yang Anda
miliki saat ini.[20]
Entreprenuer
adalah seseorang yang selalu memiliki motivasi untuk membuat perbedaan. Dia
adalah seorang yang penuh kreativitas menemukan dan menggali berbagai peluang.
Inovasi dia ciptakan untuk mengatasi halangan yang terjadi, sehingga bisnis
dapat dikembangkan hingga berhasil dan berdaya saing. Halangan selalu akan
terjadi namun, entreprenuer sejati akan menemukan sumber daya baru yang
dibutuhkan, menggunakan jejaring diri secara maksimal, tetap mengambil
keputusan walau situasi sangat sulit, berani mengelola resiko yang ada.[21]
Entreprenuer
juga bisa dibilang seorang inovator yang tidak membeli peluang bisnis,
melainkan mereka menciptakannya. Inovasi yang dihasilkan sifatnya menjalar,
artinya hendak benchmark bagi perusahaan lain, yang akhirnya pasti
mengekor dan mengikuti inovasi yang berhasil diciptakan entreprenuer terseut.
Bagi seorang entreprenuer kesuksesan sebuah inovasi dapat diukur dengan
pertumbuhan jumlah pelanggan dan keuntungan perusahaan. Sebagai akhir kata,
ingatlah bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk menjadi entreprenuer
sejati.[22]
REAL
ENTREPRENEUR MODEL
Mencipatakan
suatu bisnis atau organisasi sosial yang hidup dibutuhkan lebih dari sebuah
pengetahuan saja. Keterampilan dan pengalaman yang memegang peranan penting
juga harus didukung oleh pola pikir kewirausahaan (Entrepreneurial Mindset)
yang kuat agar lebih mudah mencapai tujuan atau sasaran hidup.[23]
Dan
Kita harusnya memegang prinsip “Apa yang bisa kita sumbangkan dari organisasi
(NU) bukan apa yang bisa diperoleh dari organisasi (NU).” Pentingnya peran
pemuda tersebut bisa kita terjemahkan demikian: kita sebagai pemegang tongkat
estafet NU.
Untuk
mengubah mental dan motivasi yang sudah demikian melekat tertanam di setiap
insan Indonesia bukanlah pekerjaan yang mudah. Lebih sulit lagi pada kalangan
tidak mampu yang memang sejak kakek, ayahnya sudah menjadi pegawai. Akan
tetapi, jika para anak mud mau mengubahnya dengan pola berfikir terbalik dari
cita-cita awal, itu akan lebih mudah. Salah satu caranya adalah dengan
mempelajari keuntungan dan kelebihan berwirausaha dibandingkan menjadi pegawai.[24]
Untuk
itu, perlu diciptakan suatu iklim yang dapat mengubah pola pikir baik mental
maupun motivasi orang tua agar kelak anak-anak mereka dibiasakan untuk
menciptakan lapangan pekerjaan ketimbang mencari pekerjaan. Perubahan ini tidak
dapat dilakukan secara cepat, tetapi harus dilakuakan secara bertahap.
Pertama,
misalnya dengan mendirikan sekolah yang berwawasan entrepreneur. Kedua, di dalam pendidikan entrepreneur
perlu ditekankan keberanian untuk memulainya. Ketiga, tidak sedikityang merasa bahwa entrepreneur sama dengan
tidak memiliki masa depan yang pasti. Sementara itu dengan bekerja di
perusahaan masa depan mereka sudah pasti, apalagi pegawai negeri. Dengan
berwirausaha, justru masa depan ada di tangan kita, bukan ditangan orang lain.
Biak buruknya masa depan, kitalah yang menentukan sehingga motivasi untuk
berkembnag terbuka lebar.[25]
JURUS
AWAL MENJADI PENGUSAHA
Sulitnya
memutuskan untuk mulai berwirausaha hampir melanda seluruh lapisan masyarakat
Indonesia, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Sehingga ini mengakibatkan
mereka belum berani memulainya.
Sebenarnya
untuk memulai segala sesuatu yang masih baru, apa pun nama kegiatannya, pasti
akan terasa segan dan canggung untuk melangkah ke suatu hal yang baru akan
terasa berat dan gelap. Akan tetapi, setelah kita memasuki dunia baru tersebut,
kita akan merasakan adanya perbedaan.
Aga langkah kita untuk berwirausaha
menjadi mudah dan terang, kita perlu melakukannya dengan langkah-langkah yang
mudah. Langkah-langkah ini kita artikan sebagai jurus yang akan membimbing dan
mengarahkan kita sebelum memulai usaha. Berikut ini ada beberapa jurus awal
yang harus segera dilakukan jika mau berwirausaha yaitu: Pertama,Berani memulai, artinya tidak perlu menunggu nanti, besok
atau lusa.Kedua, Berani menanggung
risiko (tidak takut rugi), artinya tidak perlu takut mengalami kerugian. Ketiga,Setiap tindakan yang dilakukan
penuh perhitungan dan pertimbangan matang, jangan bertindak gegabah dalam
melangkah atau mengambil keputusan.Keempat,
Seorang entreprenuer harus mampu menyusun suatu rencana sekarang dan ke
depan sebagai pedoman dan alat kontrol baginya. Kelima,Tidak cepat puas dan putus asa, artinya seorang pengusaha
dituntut untuk selalu haus kemajuan dan selalu merasa kurang. Kemudian, pantang
menyerah apalagi berputus asa. Kelima,Setiap
tindakan harus selalu diiringi dengan sikap optimistis dan penuh keyakinan
karena ini merupakan motivasi untuk melangkah maju.Keenam,Memiliki etika dan moral sebagai banteng untuk berwirausaha
agar menjadi sukses. (Rodliyatam Mardliyah Mahasiswa UIN Walisonga
Fakultas Usuludin, tulisan ini Pernah di Muat di Jurnal Khittah vol II)
Daftar
Pustaka
Jurnal Khittah,
Berfleksi Memaknai Tradisi, Menuju Masa Depan Nu, Pati, Lakpesdam PCNU Pati,Edisi
1 Tahun 2014
Ustadz Rich,
Phd. & Prof Laode Phd, Rasulullah’s Business School, (Jakarta: Ihwah
Publishing House, 2011) h. XVI
Chairul Anam, Pertumbuhan
dan Perkembangan Nahdlatul Ulama, Jatayu Sala, 1985
Badrun Alaena, Nu
Kritisisme dan Pergeseran Makna Aswaja, (Jogja: Pt. Tiara Wacana Yogya,
2000)
Rhenald Kasali, Self Driving Menjadi Driver atau
Passenger?, Mizan, Jakarta, 2015, h. 256
Billy Boen, Youg
On top 35 Kunci Sukses di Usisn Muda, PT Bentang Pustaka, Yogyakarta, 2014
Muhammad Tholhah
Hasan, Ahlussunah Wal- Jama’ah dalam Persepsi dan Tradisi NU, Lantabora
Press, Jakarta, 2005
Hj. Nafisah
Sahal dkk, Belajar dari Kiai Sahal, ed: M. Imam Aziz, Pengurus Pusat
Keluarga Mathai’ul Falah, Pati, 2014
Laode Ida, Nu
Muda Kaum Progresif dan Sekularisme Baru, Erlangga, Jakarta, 2004
Tim Wesfix, Kreativitas
itu Dipraktekkan, PT Gramedia, Jakarta, 2014
Kasmir, S.E.,
M.M, Kewirausahaan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010
Ahmad Baso, Nu
Studies, Erlanggga, Jakarta, 2006
Sandy Wahyudi, Entreprenuel
Branding and Selling Road Map Menjadi Entreprenuer Sejati, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2012
2.
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,1-id,144-lang,id-c,warta-t,Nahdlatut+Tujjar+Sebagai+Embrio+NU-.phpx
3.
[4]. http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/03/24/nu-dan-semangat-nahdlatut-tujjar-101276.html
[5].
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/03/24/nu-dan-semangat-nahdlatut-tujjar-101276.html
[6]
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/03/24/nu-dan-semangat-nahdlatut-tujjar-101276.html
[7] http://nubalikpapan.blogspot.com/2013/02/harlah-nu-dari-nahdlatul-wathan.html,
Ahad 17 Minggu 2015
[8]
http://www.biografiku.com/2012/10/biografi-kh-hasyim-ashari-pendiri.html
[9]
http://www.biografiku.com/2012/10/biografi-kh-hasyim-ashari-pendiri.html
[10] Sandy Wahyudi, Entreprenurial
Branding and Selling, Road Map Menjadi Entreprenuer Sejati, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2012), h. 3.
[11]
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,46-id,56432-lang,id-c,pesantren-t,80+Santri+Ragam+Pesantren+Berlatih+Wirausaha-.phpx#
[12] Sandy Wahyudi, Entreprenuel
Branding and Selling Road Map Menjadi Entreprenuer Sejati, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2012, h.52
[13] Sandy Wahyudi, Entreprenuel
Branding and Selling Road Map Menjadi Entreprenuer Sejati, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2012, h.26
[14] Sandy Wahyudi, Entreprenuel
Branding and Selling Road Map Menjadi Entreprenuer Sejati, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2012, h.26
[15]Sandy Wahyudi, Entreprenuel
Branding and Selling Road Map Menjadi Entreprenuer Sejati, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2012, h.26
[16] Ustadz Rich,
Phd. & Prof Laode Phd, Rasulullah’s Business School, (Jakarta: Ihwah
Publishing House, 2011) h. XVI
[17] Ustadz Rich,
Phd. & Prof Laode Phd, Rasulullah’s Business School, (Jakarta: Ihwah
Publishing House, 2011) h. XVII
[18] Rhenald Kasali,
Self Driving Menjadi Driver atau Passenger?, Mizan, Jakarta, 2015, h.
256
[19] Sandy Wahyudi, Entreprenuel
Branding and Selling Road Map Menjadi Entreprenuer Sejati, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2012, h. ix
[20]Sandy Wahyudi, Entreprenuel
Branding and Selling Road Map Menjadi Entreprenuer Sejati, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2012, h. 23
[21] Sandy Wahyudi, Entreprenuel
Branding and Selling Road Map Menjadi Entreprenuer Sejati, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2012, h.52
[22]Sandy Wahyudi, Entreprenuel
Branding and Selling Road Map Menjadi Entreprenuer Sejati, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2012, h.52
[23]Sandy Wahyudi, Entreprenuel
Branding and Selling Road Map Menjadi Entreprenuer Sejati, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2012, h.46S
[24] Kasmir, S.E.,
M.M, Kewirausahaan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, h. 4
[25] Kasmir, S.E.,
M.M, Kewirausahaan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, h. 5