Masjid mengemban banyak fungsi. Tidak
hanya sebagai tempat ibadah, masjid juga berfungsi untuk menggalakkan kaderisasi, pendidikan, dan pemberdayaan
ekonomi ummat. Selama ini fungsi sebagai tempat ibadah, pendidikan dan
kaderisasi sudah bisa berjalan. Namun, fungsi masjid sebagai tempat
pemberdayaan umat belum begitu optimal.
Untuk itu, takmir masjid dan
stakeholder harus memiliki jiwa entrepreneur (wirausaha) agar bisa meningkatkan
taraf hidup umat di sekitar lingkungan masjid. Atau paling tidak, bisa
mengurangi kemiskinan di sekitar masjid. “Jangan sampai masjidnya megah, tetapi
kehidupan umat di sekitarnya tidak semegah masjidnya,” kata Ketua Forum
Komunikasi Remaja Masjid Se-Kabupaten Pati,
Irsyaduddin, SE., ketika membuka acara Kegiatan Orientasi Kewirausahaan untuk
Masjid Mandiri yang dimotori oleh Forum Aktivitas Remaja Masjid Agung Baitunnur
Pati, Forum Komunikasi Remaja Masjid se-Kabupaten Pati dan Lembaga Ta’mir
Masjid Nahdlatul Ulama yang dilanjutkan dengan silaturrahim rombongan ke
Pesantren Enterpreneur Al-mawaddah, Honggosoco, Jekulo, Kudus.
Lebih lanjut, Irsyad mengatakan,
hampir seluruh masjid di Kabupaten Pati sudah memiliki ta’mir. Sayangnya,
ta’mir-ta’mir tersebut belum banyak yang mampu memfungsikan masjid secara optimal.
Nah, kegiatan ini diharapkan dapat mendorong
para pengurus ta’mir masjid agar bisa berbuat banyak untuk kemakmuran
umat di sekitar masjid.
Dalam sambutannya di hadapan para
santri yang tergabung dalam Organisasi Remaja Masjid dan Lembaga Ta’mir Masjid
NU se-Kabupaten Pati, K.H. Sofiyan Hadi selaku Pengasuh Pesantren Entrepreneur
Al-Mawaddah berpendapat bahwa ta’mir masjid jangan hanya mengandalkan infaq
dari jamaah. Untuk itu, perlu ada usaha nyata yang bisa menghasilkan keuntungan
yang selanjutnya disalurkan untuk kemakmuran umat. Lebih jauh lagi, Kyai muda
yang progresif ini menyadarkan peran penting para pegiat masjid untuk memiliki
jiwa berkemandirian agar tidak mudah goyah oleh pengaruh ajaran kekerasan
berkedok agama. Fakta menunjukkan bahwa ajaran kekerasan akan mudah merasuki
alam pikiran seseorang yang tidak memiliki wawasan agama yang luas dan lemah
secara ekonomi.
Acara dimulai dengan training tentang Spiritual
Bussines dilanjutkan dengan pelatihan kewirausahaan. Pengenalan budidaya sayur
dan buah organik dengan metode hidroponik, proses pembuatan tepung mocaf
beserta turunan-turunan produknya meliputi cake, aneka keripik dan aneka kue.
Pelatihan dilanjutkan dengan cara budidaya buah naga dan aneka macam produk berbahan
dasar buah naga seperti syrup, keripik buah naga dll.(Am)