“Jika dulu seorang
santri Jihadnya membawa bambu runcing dan mengusir penjajah. Namun dalam era
digital seorang santri harus mampu menguasi media sosial dan mewacanakan
pemikiran-pemikiran ala pesantren. Jadi Jihad zaman dulu dan sekarang
berbeda.”jelas Dr. Jamal Makmur selaku Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul
Ulama Pati.
Berbeda dengan sambutan
dari Ketua Lakpesdam NU Ratna Andi Irawan,”Saya mengharapkan para generasi muda
NU harus mampu paham dengan berbagai wacana, dengan begitu ketika ada sebuah
berita tidak menelan mentah-mentah. Kalau bukan kita semua yang mewacanakan
ajaran Ahlususunah waljamah siapa lagi?”
Jumlah situs radikal
yang terus bertambah setiap harinya membuat semua santri harus tergerak untuk membangun dan memiliki
media yang kuat. Dengan begitu mampu mengimbangi penyebaran tentang
radikalisme.
“Karena media online merupakan tempat yang strategis untuk
melakukan dakwah di zaman digital seperti sekarang ini,” ujar Faiz Aminudin
salah satu nara sumber.
Sedangkan menurut Muhammad Ni’am Sutaman selaku kepala
sekolah SMK Cordova menjelaskan, bahwa masyarakat sekarang lebih senang mencari
informasi dari internet. Hasil survey menunjukkan bahwa jumlah pengguna
internet di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.
“Realitas seperti ini harusnya dapat dimanfaatkan sekaligus
mendorong kalangan santri untuk bangkit mengimbangi pergerakkan media barat dan
media radikal,” ungkap praktisi dakwah online Pesantren Virtual.com yang
sekaligus sebagai narasumber.
Isrokh Fuadi, selaku nara sumber di bidang pembuatan blog ia
menuturkan bahwa sudah saatnya santri dan pelajar sudah punya blog
masing-masing untuk digunakan berdakwah, mengingat pentingnya dakwah diera saat
ini.
“Dakwah tidak harus lewat lisan maupun lewat bentuk kegiatan
sosial. Akan tetapi dakwah juga bisa lewat media sosial, yang sekarang ini
marak digunakan oleh orang-orang barat maupun orang-orang lain pada umumnya,”
tegasnya.