
Menurut Jamal Makmur
selaku narasumber dan penulis kebesaran KH MA Sahal Mahfudh tidak diragukan
lagi di kalangan Nahdlatul ulama (NU) dan masyarakat Indonesia. Banyak kalangan
yang menyebut Rais Aam PBNU 1999-2014 itu sebagai filsuf dan santri yang
multitalenta.
Lebih lanjut dia
menjelaskan, pengasuh Pondok Pesantren Maslakul Huda tersebut selalu gelisah
memikirkan kebenaran ilmu pengetahuan dan kondisi riil masyarakat yang banyak
mengalami ketimpangan. Itu yang banyak kalangan dilekatkan prediket filsuf.
Melalui konsep Fikih
Sosial, Kiai Sahal bergerak mengubah kemiskinan, keterbelakangan dan kemunduran
menjadi masyarakat yang lebih maju dan berperadaban. Itu telah dibuktikan
beliau di lingkungan sekitar Desa Kajen,
Pati.
Kiai yang akrab disapa
Mbah Sahal ini juga istiqomah dalam mengikuti musyawaroh, diskusi agama
(bahtsul masail), organisasi dan menulis.
Karya tulisan beliau,
bahkan tergolong fenomenal lantaran sampai go
internasional, baik dalam bidang agama maupun sosial. Uniknya semua karya
itu merujuk pada referensi kitab kuning tidak satu pun yang merujuk pada
referensi buku karya orang barat.
Selain itu perilaku
yang patut kita teladani adalah beliau selama di pesantren hingga akhir
hayatnya aktif membaca. Beliau juga memiliki kebiasaan shalat tahajjud, makan
tidak sampai kenyang, berpenampilan sederhana dan tidak berlebihan. Semua itu
dilakukan secara istiqomah, jelas Jamal makmur.
Sedangkan menurut
Muhammad Ni’am Sutaman, Kiai Sahal
Mahfudh adalah seorang mujtahid yang mampu memberikan dampak sosial positif di masyarakat
melalui fiqih sosial beliau. Ambil contoh kontribusi fiqih sosial dalam menggerakkan dinamika fiqih plus peran
beliau dalam memberdayakan ekonomi masyarakat mampu memberikan sumbangsih terhadap
masyarakat kajen sekitarnya.
Ia menambahkan bahwa, fiqih
sosial merupakan trobosan pikiran yang luar biasa dalam lingkar NU maupun Islam
Indoneisa. Karena fiqih sosial yang ditulis oleh kiai Sahal merupakan ijtihad
untuk menemukan problem-problem di masyarakat yang beliau ambil konsep
gagasannya dari teks kitab klasik di kontekstualisasikan. Sehingga fiqih sosial
ini bisa memberikan pandangan, solusi dan menjawab tantangan zaman yang ada di
masyarakat.
Acara bedah buku yang
dihadiri puluhan santri di sekitar pondok pesantren desa Kajen berjalan lancar dan penuh hikmad,
ungkap Farid Abbad selaku panitia.(sis)