Istiqomah
Mbah Dullah di kenal dengan sikap
istiqomahnya. Apalagi
ibadah wajib, untuk ibadah sunahpun ,kalau sudah beliau pilih untuk di kerjakan
mak akan beliau kerjakan secara istqomah. Ada saatnya ketika remaja beliau tak
ragu memaksa diri tidur di tangga pintu rumah KH.Nawawi. Maksudnya agar ia bisa bangun
diri di buka oleh KH.Nawawi saat hendak
berangkat sholat subuh.
Tampaknya tak
ada yang memutus istiqomah ini kecuali sakit yang sangat berat.Sebagai contoh : sejak 1998, ketika beliau mulai
sakit dan tak bisa mengimami
sholat berjamaah, beliau
tetap berusaha untuk tidak meninggalkan kebiasaannya sholat berjamaah; meski harus tertatih-tertatih ke
Musholla,bahkan pernah harus memakai kursi roda dan menjadi makmum sambil duduk
.
Menurut sumber
yang dekat dengan beliau,
sikap
istiqomah ini adalah hasil perjuangan yang terus menerus sejak beliau masih
mondok di Madura. Sejak
di madura itulah misalnya beliau mulai berusaha mendawamkan puasa Dawud. Ibadah yang
selalu beliau lakukan hampir sepanjang hidup. Memang untuk ibadah
sunnah yang beliau akan memperlakukannya, seolah-olah ibadah wajib, tak heran tiap kali
bisa melakukannya, maka
beliau akan segera menqodlonya di kesempatan selanjutnya.
Beliau sangat sedikit tidur di waktu malam. Kecuali menjalankan
ibadah sunnah hampir setiap malam beliau mempelajari kitab sampai bejam-jam. Bahkan usianya yang
senja, beliau aktif membeli kitab-kitab
baru untuk beliau pelajari.
Tak
heran kalau beliau kaya khazanah pemikran
Islam,
sekaligus
bersikap terbuka dan toleran terhadap gagasan yang baru segar.Wawasan yang luas
dan dalam ini pun tampaknya berusaha beliau sembunyikan dalam pergaulannya sehari-hari.
Banyak
pertanyaan yang lebih suka beliau
jawab’’saya tidak tahu ! ‘’tapi,
bagi
orang yang teliti sering mengikuti pengajian beliau,baik malam selasa maupun
selasa sore di Masjid Kajen atau dua
jum’at
sekali di desa Tunjugrejo
dan pembahasannya tentang Syarah
al-Hikam tiap kamis di
musholla pondoknya akan segera merasakan keluasan dan kedalaman wawasan beliau
tersebut.
Seringkali, beliau hanya membaca
satu baris dar kitab dan menjabarkannya dengan bening selama satu jam atau
bahkan lebih .Bahkan di tangan beliau tema-tema yang pelik dan abstrak sekitar tauhid misalnya, bisa dipaparkan dengan
enteng dan mudah di cerna.Tentang hal ini KH.MA.Sahal Mahfudz sendiri mengakui
penguasaan KH.Abdullah Salam terhadap khasanah tasawuf dan fiqih .’’Beliau itu
satu satunya panutan setelah ulama Kajen
banyak meninggal, sebab penguasaan tasawuf dan fiqihnya sangat memadai”demikian komentarnya.’’
Tawakal
Mbah Dullah dikenal Tawakalnya.Saat masih
muda ,rumahnya sering dimasuki
maling.Nah,saat itu ada seorang kiai yang menganjurkan beliau untuk
‘’memagari’’yang di maksud oleh kiai tersebut tentu saja berarti memberi
‘’pagar gaib’’berupa bacaan atau barang tertentu: tapi beliau malah
menjawab ‘’sudah kiai’’,sudah ada pagarnya ,tapi tetap saja malingnya masih bsa
menerobos masuk !’’tentu saja yang di maksud disini adalah pagar rumah betulan yang terbuat dari
bambu.Bukan hanya beliiau yang di maksud oleh kiai tersebut,tapi sejak
awal beliau lebih berpegang pada
keyakinan bahwa apa yang sudah ditentukan oleh allah tak akan bisa diubah
manusia. Beliau
khawatir,’’pagar seperti yang di maksud kiai tersebut justru akan menodai
kepercayaan mutlaknya akan penjagaan Allah.
Pernah juga, awal-awal beliau
memegang Madrasah
Mathali’ul Falah, ada
pihak yang jahil membuang kotoran manusia di bangku atas meja madrasah. Ini berlangsung tiap
pagi dan dalam waktu cukup lama.
Beliau
cuma diam dan tidak
menampakkan reaksi apa-apa.Melihat beliau tenag-tenang saja dengan ‘teror’
semacam ini,pihak terorispun merasa perlu meningkatkan kadar ‘teror’nya ; pertama
jumlah kotoran manusia yang di buang lebih banyak : tapi tindakan juga
tidak memancing reaksi beliau.Kedua ,kotoran yang semula Cuma ditaruh di meja
murid.Kini di tingkatkan :bangku atau meja guru mulai menjadi salah satu
sasarannya.Tapi ini juga tidak memancing
reaksi apa-apa dari beliau,beliau tetap ‘rajin’membersihkan
kotoran-kotoran ini sambil teru-menerus tutup mulut meski para para santri
mulai menampakkan keresahan.
Melihat terornya tak mendapat reaksi
seperti yang di harapkan,tampaknya
membuat sang teroris semakin kalap dan mulai bertindak ‘gila’:’’membuang
kotoran manusia kedalam sumur santri.Sumur yang di gunakan banyak keperluan
santri tersebut tentu saja tercemar’’nah, kali ini santri tidak cuma resah tapi
sekaligus mulai menampakkan marah.Melihat gelegat yang kurang menguntungkan
kali ini ,barulah beliau bereaksi ,Reaksi beliau pun bukan dengan menyelidiki
dan mencari pelakunya,melainkan sekedar ajakan pada para santrinya untuk
berdo’a bersama : memohon kepada allah agar membuka hati dan menghentikan
tindakan pelakunya. Setelah peristiwa tersebut ,esoknya teror memang
berhenti dan pelakunya tak pernah d
ketahui sampai sekarang.
Ada juga kisah lain tentang sikap
beliau ini,konon ketika terjadi kerusuhan sosial yang menyertai peristiwa G 30
SPKI Pada tahun 1965-1966 ada isu kerusuhan sosial yang berhmbus bahwa pki akan
menyerbu desa kajen.Melihat eskalasi ketegangan sosialyang terjadi waktu itu, tentu saja mendorong
banyak pihak di Kajen untuk gelisah dan
cenderung panik. Tak
mengherankan kemudian banyak kiai yang mngungsi. Melihat keadaan ini,
KH.Abdullah Salam tetap tenang saja,beliau tetap tinggal di rumah dan melakukan
segenap aktifitas kesehariannya seperti biasa.
Beliau yakin
allah akan melindungi dan PKI tak akan pernah menyerbu kajen.Meski demikian
,bukan berarti beliau lengah:beliau tetap waspada dan mengajak santrinya
berjaga-jaga.Ternyata keyakinan beliau benar,PKI tak pernah menyerbu
kajen,meskipun konon sudah sampai di desa sekarjalak yang berdampingan dengan kajen.Beliau nyaris tak
pernah menampakkan kepanikan,meskipun dalam situasi yang di anggap ‘kritis’dan
berbahaya.Sejak awal,keyakinan pada allah menyebabkan beliau tak pernah terusik
oleh carut-marut peristiwa sosial politik di sekitarnya : mulai dari teror
penjajahan jepang,agresi militer Belanda
II Tahun 1945-1949,maupun pemberontakan PKI Madiun 1949 yang juga sempat sampai
kajen.
Beliau juga di kenal tidak mengeluh, bahkan
di saat sakit beratpun.Pernah suatu saat di tahun 1999 Mbah Dullah Jatuh dari
tangga dan punggungnya menghantam pinggiran meja sehingga mengakibatkan tulang
punggungnya menonjol keluar sekitar dua
senti.Saat itu juga tukang pijat yang menjadi
langganan beliau,
dipanggil. Konon,menurut tukang
pijat tersebut,beliau mengalami patah
tulang dan akan sakit sekali bila dilakukan pemijitan.Tapi ,ketika pemijitan
dilakukan mbah dullah cuma
diam saja , sehingga tukang pijat sendiri itu heran. Menurut tukang pijat
tersebut, orang
yang paling muda pun,demikian komentarnya.
Selesai,tukang pijat tersebut
menyarankan mbah dullah agar tidak
banyak berjalan :tetapi beliau tetap berjalan ke mosholla untuk sholat fardhu
berjamaah,shalatnya pun beliau lakukan sambil berdiri.Akibatnya biisa di duga :
belum sampai sepuluh hari tulangnya yang patah menonjol kembali,tukang pijat memijat
kembali di undang untuk melakukan pemijatan ulang.Anehnya,selang beberapa
selang kemudian saat beliau harus check-up tulang padahal sehabis jatuh
tonjolan itu bahkan bisa dilhat dengan mata telanjang.
C.Tawadlu’
Tawadlu’adalah sikap mbah dullah yang
juga menonjol.Konon,saat fisiknya masih kuat,setiap bulan ramadan sesekali beliau menghidangkan
santapan sahur hasil masakan sendiri dan tak mau dibantu.Ketika masih
sehat,beliau memang terbiasa mengerjakan sendiri semua kebutuhan sehari-harinya
: mulai menyiapkan makanan,minuman sampai dengan mencuci barang pecah belah dan
pakaiannya sendiri.Bahkan bagi sebagian tamu-tamunya,sering kali beliau sendiri
tak segan-segan menyiapkan makanan dan minuman.
Sikap tawadlu’juga tercermin dari cara
beliau menyikapi aktivitas sosial keagamaan yang beliau niatkan untuk
memakmurkan masjid ; sehingga beliau tidak pernah keberatan yang beliau rintis
bersama KH.Muhammadun tidak diikuti otang atau mudah diisi oleh orang
lain,selama tujuan memamurkan masjid tercapai.
Beliau juga tidak merasa kesal atau
sakit hati terhadap kritik atau koreksi meski datang dari orang yang jauh lebih
muda dan lebih ‘terbatas ilmunya’; bahkan walaupun kritik dan koreksi tersebut
sebenarnya keliru atau salah alamat.Dalam pengajian hari kamis misalnya,aapkali
bacaan beliau dipotong dan dikoreksi orang.Bukan Cuma sekali dua kali,bacaan
bisa dipotong berkali-kali sehingga membuat para pendengar lebih kesal dan
menggerutu.Tapi mbah Dullah sendiri tak menampakkan kekesalan,bahkan meneladani
dan sering kali jutru mengambil sikap layaknya seorang murid yang minta
bimbingan gurunya.
Sikap tawadlu’ nampaknya sudah menjadi
pembawaan beliau,setiap kali berhadapan dengan orang ,beliau hampir sekali
memposisikan dirinya pada tempat yang lebih rendah ketimbang yang dihadapi meski sangat jarang dan biasanya
hanya pada orang yang dekat paling jauh beliau akan memposisikan diri pada
tempat yang lebih tinggi dari orang yang di hadapi.Seperti air,beliau selalu mencari tempat yang lebih
rendah yang bisa dicapai.
Ada Kisah menarik dari sikap mbah
dullah ini,saat iitu malam jum’at,dan seperti biasanya setiap malam beliau
berziarah ke makam KH.Ahmad Mutamakkin,Cuma kali ini beliau ditemani oleh
KH.Muslim Rifa’i imampuro (Mbah Lim) Klaten. Setelah beberapa kali
menolak,akhirnya dengan terpaksa Mbah Dullah mau memimpin tahlil.Nah,tepat pada
pengucapan kalimat tahlil,perlahan-lahan kendali kepemimpnan tahlil bergeser
dari mbah dullah ke mbah Lim.Ini terjadi karena mbah dullah terbiasa dengan
pengucapan kalimat tahlil yang berirama tetap,dengan vokal yang relatif lembut
dan temponya pun lambat ; sementara mbah Lim
bsa mengucapkan kalimat tahlil dengan irama naik turun,vokal yang keras
dan tempo yang cepat.Sehingga lambat lebih suara mbah dullah tenggelam di
tengah suara mbah lim.Akibatnya jamaah lebih mendengar suara mbah lim ketimbang
suara mbah dullah,dan mereka pun mulai mengucapkan tahlil seirama dengan yang
diucapkan mbah lim.
Melihat hal ini,mbah dullah mengalir
saja sama sekali tak mengesankan kegelisahan san kekesalan dan bahkan ikut
tenggelam dalam hentakan tahlil yang dipimpin mbah Lim.Maka gema suara tahlil
yang luar biasa menggetarkan itu terus mengalir sedemikian rupa,tanpa seorang
pun menghentikan.Mbah Dullah yang tampak karam tak menghentikan,karena merasa
bahwa kendali sudah berada di tangan mbah Lim; sementara mbah lim sendiri
sempat gelisah pada berapa kesempatan tak bisa menghentikan karena berasa bahwa
pada dasarnya yang memimpin adalah mbah dullah.Akibatnya : suara tahlil yang
menggetar itu sampai lebih dari satu jam tanpa ada yang berani berinisatif
menghentikan ,sehingga jamaah yang yang memenuhi ruangan pada malam itu banyak
yang gelisah dan letih,konon bahwa ada yang sampai pingsan.Ddan
memang,pembacaan tahlil itu pada akhirnya ditutup oleh mbah lim,karena tak ada
tanda-tanda bahwa mbah dullah akan menutupnya.Demikianlah,bacaan dan doa
setelah kalimat tahlil,seterusnya dipimpn mbah lim hingga seluruh proses
berakhir ; sementara mbah dullah tetap memposisikan dirinya sebagai makmum.
Ada kisah lain,yang masih berhubungan
dengan mbah Muslim.Kisah terjadi di akhir tahun 1999 atau awal tahun 2000.Saat
itu siang hari,mbah Lim berkunjung ke rumah mbah dullah . Nah,ketika hendak
pamit mbah lim meminta kepada mbah dullah untuk berdoa.Mbah Dullah
menampik,dengan alasan sudah tidak bisa berdoa,’’anda saja yang berdoa,saya
cukup menamini sa’’kata beliau sambil mengangkat tangan untuk mengamini
do’a.Mbah Lim yang menyangka bahwa mbah dullah sudah mulai berdoa .Langsung
mengangkat tangannya untuk mengamini.Demikianlah,mabah dullah mengaminkan do’a
yang disangka sudah diucapkan oleh mbah dullah saling menaminkan tanpa do’a
yang terucap ini berlangsung hampir empat puluh lima menit.
‘Ketenggelaman’ dua tokoh ini dalam
celupan’saling mengaminkan ini’(sekedar mengi ngatkan;amin-aman-iman secara
harfiah seakar kata,sehingga kalimat ini juga bisa dibaca’saling mengamankan
‘atau saling mengimankan’) membuat sebagian orang yang mengikuti peristiwa
tersebut menjadi gelisah,karena tak ada tanda-tanda kapan berakhir.Karena
kegelisahan ini,sopir yang diajak mbah lim keluar ruangan dan berinisiatif
menghubungi salah satu putra mbah lim yang kebetulan berada di sana.Ia meminta
agar putra lim agar memberitahukan situasi amin tanpa do’a yang sedang
berlangsung;tapi anehnya , ketika diberi tahu putranya tentang peristiwa
tersebut,mbah lim malah tampak senang.’’Bagus itu,bagus !’’demikian komentarnya
sambil melanjutkan acara ‘saling mengaminkan’tersebut.Barulah,setelah
berlangsung selama kurang lebih seperempat jam dan juga karena adzan Ashar
sudah lewat,mbah Lim berinisiatif menutup do’a tersebut dengan bacaan Fatihah.
Sikap tawadl’memang sangat mewarnai
kisah kehidupan mbah Dullah ,Bahkan pada putranya ia berpesan ‘’kalau saya
meninggal kelak,tak usah diumumkan kemana-mana.Jangan sampai terjadi orang
bergiliran,rombongan demi rombongan melakukan sholat jenazah.Saya malu terhadap
perlakuan macam itu karena belum tentu
saya termasuk golongan orang baik !’’Memang,sangat banyak hal-hal yang oleh
orang lain akan diterami sebagai kemuliaan,bagi beliau justru akan dihindari.
D.Kedermawanan
Mbah Dullah juga dikenal sebagai orang
yang murah hati dan suka bersedekah tanpa menghitung nilai barang yang
diberikan.Jika beliau memilki sesuatu,dan ternyata sesuatu itu diinginkan oleh
orang lain; maka tanpa pikir panjang meski
nilai nominal sesuatu itu tinggi beliau akan segera memberikannya.Sikap
dermawan ini sudah tampak sejak beliau muda.
Pernah,misalnya,suatu saat beliau
memakai batu akik yang mahal menurut ukuran harga umum dalam suatu walimah
pernikahan; dan kebetulan salah seorang sahabat lamanya yang duduk agak jauh
dari beliau tampak tertarik dengan akik beliau.Begitulah,ketika acara selesai
ada beliau hendak pulang,sambil berjalan beliau menghampiri sahabatnya.’’ini
untuk anda’’! katanya sambil mencopot sambil menyerahkan akik tersebut.Sang
sahabat yang terkaget-kaget dan tak menyangka kejadian semacam itu,tentu saja menolak dan berusaha
mengembalikan akik yang telah diserahkan padanya,’’bukan,ini memang jatah anda ‘’! kata mbah dullah sambil
menepis pengembalian batu akik tersebut;sang sahabat tak bisa berbuat apa-apa
kecuali tertegun karena kejutan yang serba mendadak itu.
Pernah juga,saat mbah dullah
berkunjung ke rumah salah satu kenalannya,tiba-tiba muncul permintaan yang
tidak masuk akal dari salah seorang yang kebetulan berada disana ; yang meminta
sandal yang dikenakan mbah dullah.Tentu
saja permintaan ‘gila’ini membuat geger beberapa orang kebetulan berada disana.Mereka mencoba mencegah,dan
menjelaskan bahwa mbah dullah tidak punya sandal cadangan untuk beliau pakai
pulang.Tapi mbah dullah sendiri tenang saja,dan justru melerai kemarahan orang-orang
yang mencoba permintaan tersebut.Sandal langsung beliau berikan,dan beliau rela
bertelanjang kaki.Meski pada akhirnya beliau tidak benar-benar pulang
bertelanjang kaki karena diantara yang hadir ternyata ada pemilik toko sepatu
meskipun tokonya sudah tutup karena sudah pukul sepuluh lebih tak keberatan
mengambil sandal pengganti untuk beliau. Namun sikap beliau yang tanpa beban
bisa melepaskan sesuatu yang dibutuhkan sendiri untuk memenuhi kebutuhan orang
lain,benar-benar mencerminkan kedermawanan yang nyaris sempurna.
Perhatiannya terhadap kaum’juga
besar.Melihat kenyataan bahwa banyak
biaya pemeliharaan kesehatan yang relatif tak terjangkau oleh kemampuan
kemampuan ekonomi masyarakat
pedesaan,beliau berinisiatif mendirikan
balai kesehatan yang kini menjadi rumah bersalin (RB) sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan bagi orang yang kurang mampu,tentu dengan pengobatan yang sangat ringan.
SEKITAR AKHIR
HAYAT BELIAU
Pada malam ahad,sepuluh november
2001,sekitar ba’da is’ya seorang tamu
lelaki datang ke rumah KH.Adullah Salam.Meski
tindak-tinduk memperlihatkan
bahwa ia baru pertama kali datang dan masih asing dengan lingkungan
disana,namun seperti sikap orang sahabat
yang sudah lama tak bertemu dia tampak tak bisa menyembunyikan keinginannya
yang sangat untuk segera berjumpa dengan sang pemilik rumah.Bahkan,dengan
setengah memaksa , dia sempat berkali-kali memohon kepada para santri yang
berada ditempat tersebut,agar segera mempertemukan dengan beliau.Tapi,setelah
dijelaskan bahwa KH.Abdullah Salam sedang sakit dan tak mungkin bisa menemui
tamu; akhirnya lelaki tersebut mau mengalah dan menerima saran para santri agar
bertemu dengan putra lelaki beliau yang tertua saja yakni KH.Nafi’ Abdillah
untuk segera mengutarakan tujuan kunjungannya.
Di rumah KH.Nafi’Abdillah inilah si tamu
yang mengaku berasal dari jember,bercerita panjang lebar tentang pengalamannya
ketika bekerja sebagai TKI di saudi arabia sekitar satu tahun sebelumnya.Waktu
itu,demikian dia bercerita,ia bekerja sebagai sopir taksi di makkah .Suatu
hari,taksinya dinaiki oleh beberapa penumpang;salah satu seorang diantaranya sudah
sepuh.Di sepanjang perjalanan inilah ,sopir sering terlibat pembicaraan dan
ditanya banyak hal oleh sang penumpang sepuh tersebut.
Ketika hendak turun,si penumpang sembari
menepuk-nepuk pundaknya bahkan sempat berpesan :”bila kamu kelak sudah pulang
ke jawa,dan suatu saat kebetulanlewat jawa tengah , mampirlah ke rumah saya di
kajen utara pati ,cariah rumah Abdullah Salam !’’ketika sang tamu sampa disini
,KH.Nafi’ Abdillah tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Karena , dalam
kenyataannya,sejak pergi haji pada tahun 1983 , KH.Abdullah Salam memang tidak
pernah lagi ke makkah .Apalagi sejak tahun 1998,kondisi fisik beliau sudah banyak
menurun,sehingga tidak mungkin lagi untuk bepergian jauh yang hingga menguras
tenaga.
Meski demikian,untuk mengecek kebenaran
ceritanya sekaligus untuk menyakinkan bahwa orang yang dimaksud oleh cerita
tamu tersebut KH.Nafi’ Abdillah sempat menunjukkan potret KH.Abdullah
Salam,tanpa ragu lagi sang tamu memastikan bahwa memang orang di potret
tersebutlah yang telah menaiki taksi di makkah :Bahkan pakaian dan sorban yang
dikenakan sama persis.
Kini si tamu yang ganti
terkejut,mengetahui bahwa orang yang menaiki taksi ternyata tidak pernah sampai
di Makkah.Dia tak kuasa lagi menahan tangisnya.Menyesal,karena sejak pulang
dari saudi arabia tujuh bulan lalu baru pada malam itu dia baru sempat
berkunjung ke rumah KH.Abdullah Salam,ini terjadi karena menganggap peristiwa
biasa.Dia sama sekali tak menyangka bahwa penumpang tersebut tak pernah
pura-pura sampai ke makkah.Kecuali karena menaiki taksinya; penumpang tersebut
juga tak menunjukkan keanehan apa-apa,dan bahkan membayar taksinya seperti
biasanya.
Nah,ketika tamu hendak berpamitan pulang
KH.Nafi’ Abdillah sempat berpesan agar peristiwa tersebut jangan diceritakan
pada siapapun.Bahkan KH.Nafi’ Abdillah sempat membelokkan cerite tersebut,dan
mencoba menyakinkan bahwa mungkin yang ditemui tamu tersebut adalah KH.Ahmad
Mutamakkin,karena mbah mutamakin sering berperilaku demekian.Pesan ini
dsampaikan KH.Nafi’ Abdillah,karena kekhawatiran yang mendalam atas kondisi
kesehatannya,KH.Abdullah Salam . Berdasarkan kebiasaan, bila rahasia kedudukan
telah dibuka oleh allah., maka itu artinya akhir dari keberadaan orang tersebut
dimuka bumi.Apalagi kehadiran orang tersebut yakni pada malam ahad bertepatan
dengan terus memburuknya kondisi kesehatan KH.Abdullah Salam.Tensinya mulai
tidak stabil,kesadarannya mulai datang hilang datang hilang.
Kehadiran tamu asing’pembawa
berita’tersebut dan memburuknya kondisi KH.Abdullah Salam,bukan sebuah
kebetulan,tapi lebih sebagai sebuah kepastian yang lebih ditata sedemikian rupa
oleh sang pengatur.Inilah penyebab kekhawatiran KH.Nafi’Abdillah ; kekhawatiran
seorang anak akan kehilangan ayahnya.Dan kekhawatiran ini tanpa alasan.
Sejak seminggu sebelumnya,hari ahad 4
november 2001,kesehatan KH.Abdullah Salam tamapak mulai mengalami gangguan yang
cukup serius.Pada hari seninnya,seperti kebiasaan setiap hari,pagi-pagi betul
meski dengan kondisi fisik yang sudah sangat lemah,beliau masih memaksakan diri
dengan tertatih-tatih untuk berziarah ke kakek buyutnya sekaligus’guru
rohaninya’,yaitu KH.Ahmad Mutamakkin.Disini,tak seperti biasanya beliau Cuma
berdoa singkat sekitar satu-dua menit,setelah itu langsung pulang . Malam
sebelumnya,pada cucunya Muhammad Ainun Naim,beliau sangat mengutarakan sesuatu
tentang’’cepet rikat gampang’’(cepat segera mudah) yang ingin beliau ungkapkan
dikubur KH.Ahmad Mutamakkin.Maksudnya jelas, beliau sepertinya sangat mudah
menyadari bahwa waktunya telah tiba, dan beliau ingin agar proses datangnya
waktu tersebut berlangung dengan cepat,segera,mudah.
Tak lama kemudian, dokter Muhtadi yang
sudah puluhan tahun menangani kesehatan beliau sehingga lebih nampak sebagai
dokter pribadi datang memeriksa.Melihat detak jantung beliau yang tampak cepat
dan tidak stabil , dokter Muhtadi sempat kaget sempat memaksa beliau agar mau
untuk segera dirawat di rumah sakit.Meski sebelumnya beliau sempat menolak
ketika saran yang sama diajukan oleh putra-putrinya , entah kenapa mungkin ini
karena permintaan dokter kali ini beliau mau menerima saran tersebut bahkan
ketika hendak berangkat ke rumah Sakit Islam ‘’Sunan Kudus’’ untuk dirawat ,
beliau sempat baerpamitan pada istrinya,nyai aisyah ‘’sudah ya,saya mau pamit
mau berangkat meninggal !’’.
Hal yang sama diulangi lagi ketika
beliau memaksa untuk pulang dari rumah sakit pada hari sabtu 10 november
2001.Waktu itu,dokter di rumah sakit menghendaki beliau agar mau dirawat sampai
kondisi kesehatannya relatif membaik ;tetapi pada cucunya Muhammad Ainun Na’im,beliau
malah menegaskan’’buat apa lama-lama disini’’,saya mau pulang sekarang,saya ini
mau meninggal !’’ memang,sudah lebih setahun terakhir , beliau acap berkata
bahwa beliau sudah tidak punya apa-apa lagi’’kecuali ini’’. Katanya sambil
menunjuk jam tangan yang digunakannya.Waktu itu tak ada yang berpikir bahwa
yang beliau maksud adalah : yang beliau miliki tinggal waktu yang menunggu
jemputan ajal.
Sebenarnya setelah lewat sehari dirawat
di rumah sakit , berulang-ulang beliau meminta untuk segera dibawa pulang.
Menurut beliau sendiri, keberadaannya di rumah sakit hanyalah memenuhi saran
dokter,tidak lain. Maka sehari semalam di rumah sakit bagi beliau sudah lebih
dari cukup untuk memenuhi saran tersebut , selebihnya beliau ingin secepatnya
pulang . Beliau masih mengatakan bahwa perawatan tak perlu lagi,karena waktunya
sudah tiba . Namun demikian , keinginan ini selalu bisa dicegah.
Pagi itu keinginan beliau untuk pulang
tak bisa lagi dicegah lagi , dan beliau akhirnya memang banar-benar pulang ke
rumahnya di kajen.Bahkan tampaknya bukan sekedar ingin pulang ke rumah , tapi sekaligus
pulang ke kamarnya sendiri .Ini tampak ketika keluarganya menyiapkan kamar
khusus d rumah tersebut , yang dimaksud untuk mempermudah perawatan, beliau
menolak dan terus memaksa untuk ditempatkan di kamarnya sendiri.Akhirnya beliau
ditempatkan di kamrnya sendiri yang sangat sederhana,tempat yang menjadi saksi
pengabdian beliau dan tampaknya juga ingin menjadi kan saksi kepergiaannya
beliau.
Setelah semalam kondisi kesehatannya
tampaknya tidak stabil,sehabis subuh beliau tampak tertidur nyenyak.Kondisi ini
berlangsung sampai ajal menjemputnya pada pukul 14.33 WIB.Kondisi ini beliau
demikian tenang dan damai ketika berangkat menuju kekasih agungnya . Hari itu
ahad 11 November 2001 , yang
bertepatan dengan 25 sya’ban 1422 H , semesta tertunduk menghormati
keberangkatan sang permata , inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.
Kajen , 12 februari 2003 M/10
Dzulhijjah 1423 H
Redaksi buletin amanat
Pati , 17 februari 2003 M/15 Dzulhijjah
1423 H