Iklan
Khutbah

Siapa Tidak Menyayangi ,Tidak Akan disayang

الحمد لله رب العالمين، الذي يُحمَد على أنه الغنيّ الحميد، إذ له مَحْمدةٌ على كل ما سواه، الغني الكامل غِناه، العالي قبل أن يخلق سَماه، على أن من حكمته خلَقَ الخلق ليعرّفهم على جلاله وجماله وكماله، على مراتبٍ روحية ومراتبٍ عقلية بعموميةٍ وخصوصيةٍ أزلية. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له لا يضرّه إفطار الفاطرين ولا ينفعه صوم الصائمين، فالصائمون لمصلحتهم لا لمنفعة الله، ومن افطروا ضروا انفسهم إن كانوا بغير عذرٍ ولم يضروا الله، لأن الله هو القائل في عزّ كمال قدسيته (لو أن جميع خلقي على أتقى قلبٍ ما زادوا في ملكي شيئا، ولو أن جميع خلقي على أقسى قلبٍ ما نقصوا في ملكي شيئا)، فسبحان من تفضل على من لا يشبهونه، ولا يماثلونه، ولا يشابهونه، ولا ينافسونه، ولا يشاهدونه، فعرّفهم عليه من وراء حجاب، فسحبان الذي من أراد أن يفعل فعل، وهو على كلّ شيئٍ قدير، وحده لا شريك له. وأشهد أن سيدنا وحبيبنا وعظيمنا زقائدنا وأسوتنا وعزنا وفخرنا وكنزنا وزخرنا وشموخنا سيدنا محمدٌ رسول الله صلى الله عليه وسلم حبيبه، ونبيه، وعبده، ورسوله، مصطفاه، منتقاه، مجتباه، مرتضاه، من عرفهم اياه بمشاهدة الله، صلّ اللهم وسلم عليه وعلى آل بيته الطاهرين وصحبه الصادقين ومن تبعهم بصدقٍ ويقين إلى يوم الدين.
أما بعد:  
Jama’ah Jum’ah Rohimakumullah:
Diantara sifat mulia yang disandangkan kepada hambaNya di dalam alQur’an adalah sifat kasih sayang (rahmat). Tiada pujian yang lebih indah dariNya atas hamba melebihi dari sifat kasih sayang.
Gusti Allah Ta’ala telah berfirman:
 }مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ }
“(Nabi) Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersamanya bersifat keras terhadap orang-orang kafir, namun berkasih sayang sesama mereka” (QS. Alfath: 29).
Maksud dari (bersifat keras terhadap orang-orang kafir) adalah kepada orang-orang yang menentang dan menghalang-halangi dakwah mereka. Adapun (berkasih sayang sesama mereka) adalah sifat mulia yang disandangkan kepada mereka terhadap sesama ummat Islam. Ayat diatas menegaskan bahwa ciri dari ummatnya Kanjeng Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam adalah tegas saat menghadapi musuh dan penuh kasih sayang antar sesama muslim.
Apabila kita merenungkan kembali atas firman Allah Ta’ala yang membicarakan terkaitaqobah di dalam surat alBalad, pemecahan jalan yang terjal lagi sukar itulah yang seyogyanya diraih dan dijalani oleh seorang muslim dengan sungguh-sungguh. Pertanyaannya, dengan menggunakan peralatan apa seorang muslim menempuh jalan yang mendaki lagi sukar tersebut? Tiada lain adalah saling menyayangi. Mari kita renungi kembali dawuhNya Gusti Allah Ta’ala:

{فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ (11) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ (12) فَكُّ رَقَبَةٍ (13) أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ (14) يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ (15) أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ (16) ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ (17) أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ }
“Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir. Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan”. (QS. alBalad: 11-18).
Sebagian ahlul ilm berpendapat bahwa diantara syafa’at yang dapat menyelamatkan hamba dari Murka Allah dan SiksaNya adalah Rahmat (kasih sayang) yang semasa di dunianya seorang hamba berinteraksi dengan penuh kasih sayang antar sesama hamba Allah. Kelak Rahmat tersebut akan datang menolong hamba tersebut. Lantaran yang menolong hamba di hari kiamat adalah amal baik diri sendiri, maka Rahmat tersebutlah bagian dari amal baiknya.
Ibadallah…     
Kasih sayang antar sesama sangatlah penting, terlebih ditengah-tengah kehidupan yang semakin rumit ini. Sering kita saksikan dikehidupan sehari-hari sifat nafsi-nafsi (egois) mementingkan diri sendiri lebih dominan daripada sifat perhatian dan kasih sayang. Acuh atas penderitaan orang lain lebih mudah dijumpai daripada gotong-royong bersama-sama menyelesaikan persoalan hidup antar sesama.
Dalam persoalan agama, tidak sedikit kita jumpai yang saling bermusuhan lantaran berbeda pandangan dalam memahami ajaran Islam. Seringpula kita jumpai komunitas dakwah yang lebih mengedepankan kekerasan daripada kelembutan. Memaksa, dan bahkan membantai jika tidak sejalan dengan ide maupun amalan mereka.
Tidakkah hal tersebut bertentangan dengan ajaran Rosulullah shollallahu alaihi wasallam? dimana beliau lebih mengedepankan dakwah dengan kelembutan dan kasih sayang? tegas terhadap musuh dan penuh kasih sayang terhadap sesama?
Ibadallah…
Kasih sayang adalah wasilah kita untuk berdakwah. Bukan kekerasan. Sebab apabila kita lihat kembali sejarah, dengan wasilah Kasih Sayang-lah Kanjeng Nabi shollallahu alaihi wasallam berdakwah. Tidakkah kita mengingat kisah Kanjeng Nabi shollallahu alaihi wasallam ketika berdakwah? Ketika beliau mengajak masyarakat Thaif untuk masuk Islam, mereka tidak hanya menolak untuk masuk Islam bahkan menyuruh para pemuda untuk melempari Kanjeng Nabi shollallahu alaihi wasallam dengan batu kerikil. Hal tersebut mengakibatkan kaki dan tumit Kanjeng Nabi shollallahu alahi wa sallam berdarah. Bahkan beliau tidak sadarkan diri kecuali setelah sampai di Qornu Tsa’alib. Kemudian Gusti Allah Ta’ala mengutus Malaikat Jibril alaihissalam kepada beliau dan menyampaikan bahwa Gusti Allah Ta’ala mendengar perkataan masyarakat Thaif dan apa yang mereka lakukan terhadap beliau. Gusti Allah Ta’ala telah mengutus kepada beliau malaikat Jibal (gunung) yang serta merta akan melakukan apa yang beliau kehendaki untuk masyarakat Thaif berupa kebinasaan. Kemudian malaikat Jibal mendekati Kanjeng Nabi shollallahu alahi wasallam dan berkata, “Aku diperintahkan Allah untuk menemuimu agar aku melakukan apa yang engkau inginkan terhadap mereka. Jika engkau menginginkan agar aku menjatuhkan kedua gunung Makkah ini di atas mereka, maka aku akan melakukannya”. Kanjeng Nabi shollallahu alahi wasallam menjawab: “Aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari keturunan mereka orang yang mau menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.”
            Ibadallah…
Dengan kasih sayang tersebut, Kanjeng Nabi shollallahu alaihi wasallam berhasil menyebarkan agama Islam sampai terbukanya Makkah dan masyarakat berbondong-bondong masuk Islam. Didalam dakwah, kasih sayang bagaikan senjata ampuh untuk menyampaikan ajaran Islam. Tidakkah kita merenungkan Firman Gusti Allah Ta’ala?;
{فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ}
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”. (QS. Ali Imron: 159).
Dengan kasih sayanglah Kanjeng Nabi shollallahu alaihi wasallam membuka hati ummat, adapun terbukanya negara ataupun wilayah, dengan sendirinya akan terbuka setelah hati terbuka menerima ajaran Islam. Kasih sayang (rahmat) itulah senjata ampuh penakluk hati, bukan kekerasan dan bukan pula paksaan.
Kasih sayang Kanjeng Nabi shollallahu alaihi wasallam adalah bentuk penguat bukti atas penjelasan firmanNya di atas. Selain dengan memberikan teladan melalui prilaku yang penuh kasih sayang, Kanjeng Nabi shollallahu alaihi wasallam juga berpesan/dawuh sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam alBukhori dan Muslim:
“من لا يَرحَم الناس لا يرحمه الله”
“Barangsiapa yang tidak menyayangi manusia, maka ia tidak disayang oleh Allah”.
Dikesempatan lain, Kanjeng Nabi shollallahu alaihi wasallam dawuh sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, atTirmidzi, Abu Dawud dan alHakim dalam “Mustadrok”nya; yaitu riwayat dari Abdullah bin ‘Amr Rodliyallahu anhu bahwa Rosulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
“الراحمون يرحمهم الله الرحمن، ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء”
“Orang yang pengasih akan dikasihi Allah yang Maha Pengasih, kasihilah penduduk bumi, niscaya penduduk langit akan mengasihi kalian”
Dengan Kasih Sayanglah kanjeng Nabi shollallahu alaihi wasallam berdakwah. Kasih sayang adalah manhaj dakwah Kanjeng Nabi shollallahu alaihi wasallam. Kasih sayang adalam manajemen konflik ditengah-tengah masyarakat. Dengan kasih sayang tersebutlah hati ummat menjadi satu, tidak egois serta tidak mudah tersulut emosi sehingga bersifat brutal yang mengarah pada kekerasan.
Kekayaan seseorang tidak akan ada manfa’atnya tatkala dengan bertambahnya harta menjadikan hatinya tertutup sehingga tidak memiliki kasih sayang terhadap sesama. Bertambahnya jumlah ummat pun tidak akan menambah kebaikan apabila antar sesama tertutup hatinya dari kasih sayang. Sebab attarohum (saling menyayangi) adalah obat dan wasilah pertamakali ummat Islam, yang dengannya ajaran Islam diterima dan berkembang dimasyarakat. Dan dengan kasih sayang pula antara hati hamba Allah Azza wa Jalla saling mengasihi.
أقول قولي هذا وأستغفر الله العظيم فاستغفروه يغفرلكم.
Khutbah ke 2:
الحمد لله على نعمة الاسلام وعلى نعمة الزمان وعلى نعمة المكان. وأشهد أن لا إله إلا الله الحق، الملك، الديان، الذي ينادي لسان حال سلطانه وهو المنزه عن اللسان، أنا الديان وأنت المدان وأنك كما تَدِينُ تُدان. وأشهد أن سيدنا محمدٌ رسول الله صلى الله عليه وسلم حبيبه ونبيه وعبده ورسوله الذي تَشَرّفَ به الزمان وتشرف به المكان، أما شرافة المكان (لا أقسم بهذ البلد وأنت حلٌ بهذا البلد ووالدٍ وما ولد) وأما شرف الزمان برسول الله صلى الله عليه وسلم (لعمرك إنهم لفي سكرتهم يعمهون)، صل اللّهم وسلم عليه وآله وصحبه ومن سار بدَربه بدُربه، إذ من لا دُربة له فلا دَرب له إلى يوم لقاء ربه.
أما بعد:
عِبادَ الله: فإني أوصيكم ونفسيَ بتقوى الله. فاتَّقُوا الله فيما تَسْمَعُوْنَ وما تُسْمِعُون، مما يَصْدُرُ منكم أو تحملونه عن غيركم بأيِّ وسيلةٍ من الوسائل، وكونوا مع الفضلِ وأرباب الفضائل، واحذروا مما ينشرُ الرذيلة، ويخرج بكم عن الطريقةِ الحميدةِ الجميلة، واسلُكُوا مع المصطفى صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم. وأكِثروا الصلاةَ والسلامَ على حبيب الله سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم، فهي من خيرِ ما سمعتُم ومن خير ما أسمعتُم، فإنه من صلى عليه مرةً واحدةً صلى الله عليه بها عشرا. وإنه القائل: إن أولى الناس بي يوم القيامة أكثرُهم عليَّ صلاة.
وإنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِه وثنَّى بملائكته المسَبِّحَة بِقُدْسِه، وأَيَّهَ بالمؤمنين من عباده تعميماً فقال مُخْبِرَاً وآمِراً لهم تَكريما :
{إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا}
اللهم صل وسلم على الذات المحمدية وانفحنا ببركتها واهدنا إلى الرشاد..  اللهم صل على سيدنا محمد صلاة تنجينابها من جميع الأهوال والأفات وتقضى لنا بها جميع الحجات وتطهرنا بها من جميع السيئات وترفعنا بها عندك أعلى الدرجات وتبلغنا بها أقصى الغايات من جميع الخيرات فى الحياة وبعد الممات. اللهم أرزقنا الرغبة في العلم وأرزقنا الفهم للعلم وعلمنا من لدنك علما وأرزقنا العمل بما علمتنا وعلمنا وعلم بنا وأهدنا وأهدي بنا يا حي يا قيوم. اللهم عزنا بالإسلام وعزّ بنا الإسلام اللهم عزنا بالإسلام اللهم عزنا برسول الله صلى الله عليه وسلم وبارك وعظم ومجّد وأكرم.
عِبادَ الله. إنَّ اللهَ أَمَرَ بِثَلاثٍ وَنَهَى عن ثلاث : {إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ}
فاذكروا اللهَ العظيم يذكركم، اُشْكُرُوْهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. ولَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر. واستغفر الله لي ولكم. قوموا إلى صلاتكم يرحمكم الله.

Konten Terkait
Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

Back to top button